Memiliki
jiwa optimis merupakan karakter indah seorang mukmin. Mukmin sejati harus
senantiasa berpikir positif dan memotivasi diri menjadi pribadi yang lebih baik
dan memiliki visi akhirat. Sikap optimis harus ditanamkan dalam hati, manakala
suatu saat menghadapi badai masalah, Kejadian yang telah berlalu, Hari yang kadang mendung..
Rencana yang belum terlaksana.. Impian yang tak terwujud..Seseorang yang
terkadang jadi ujian..Berita yang menyesakkan dada..
Apapun
yang memang terjadi di masa IaIu jangan patahkan harapanmu di masa depan.
Muslim itu hendaknya penuh dengan sangka baik, apalagi jika bicara tentang masa
depannya.
“Rasulullah kagum dengan
optimisme” begitulah saripati dari Anas Radhiyallahu ‘anhu,
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ،
وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ الصَّالِحُ: الْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ
“Tidak ada penyakit yang menular
sendiri, dan tidak ada kesialan,
serta mengagumkanku (adalah sikap) Optimisme (yaitu) kata-kata yang baik”. [HR Bukhari. Shahih Adabul Mufrad 913]
AI Hulaimi rahimahullah
mengatakan:
“Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam suka dengan optimisme,
karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tanpa
alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang
baik. Seorang mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala dalam setiap kondisi.“ (Fathul
Bari, 10/22b)
Yakinlah,
bahwa yang membuat kita sedih kelak akan kita tertawai karena berhasil
melewatinya. Yang menyesak dada di hari-hari IaIu akan kita senyumi karena
ternyata kita mampu bertahan menghadapinya.
Orang
bijak bilang orang tangguh tidak akan melewati masa IaIu yang dilalui
dengan begitu mudah.
Kejadian
yang sudah berlalu ya sudah berlalu, tak bisa diubah; tapi bisa mengubah diri
kita, jika kita pandai mengambil hikmah. Jangan sampai ‘kesalahan kita’ berubah nama jadi ‘keputusan’ karena ia terulang lagi
dengan konyol.
Pada
akhirnya kita mengerti, bahwa dunia ini ya ujian. Ujian agar apa? Untuk menguji
kita, siapa yang lebih baik amalnya. Seperti yang Allah Subhanahu Wa Ta ala sampaikan dalam firmannya:
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ
لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun, [QS Al Mulk 67:2]
Ujian itu
ada yang gampang sehingga membuat kita terlena, ada yang berat sehingga membuat
kita bertambah siaga. Ingatlah pada baris ayat al Insyirah yang meneduhkan:
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا, إِنَّ مَعَ
ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. [QS. Al-lnsyirah : 5-6]
Untuk
menyongsong hari esok yang penuh dengan tanda tanya, maka seorang mukmin sejati
dalam segala situasi dan kondisi harus bergantung hatinya kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Memperbanyak doa dan husnudzan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang akan memberikan pilihan terbaik sesuai dengan ilmu Allah SWT meski
terkadang tidak selaras dengan nafsu manusia.
Untaian
kata yang disampaikan Al-Hasan aI-Basri: “Sesungguhnya tawakal seorang hamba
kepada rabbnya adalah ia meyakini bahwa Allah itu sumber kepercayaan dirinya.“
(AI-Fawa’id, 149).
Ditambah
lagi sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mengobarkan semangat
jiwa optimis kepada diri ini:
احْرِصْ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Dan
minta tolonglah kepada Allah. Dan jangan kau lemah.“ (HR. Muslim 2664).
Mari
menyongsong hari esok dengan jiwa optimis, iringi segaia produktivitas
yang awalnya bersambut ”Basmalah” dan akhirnya ditutup
dengan romantisnya ”Hamdalah”
Tidak ada komentar: