Saat ini secara obyektif dan fakta dilapangan tantangan dakwah dan
problematika ummat islam sungguh sangat keras, masif, dan kompleks terutama di
media sosial. yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) semakin hari
tidak semakin ringan tapi semakin berat yang dilancarkan oleh kaum liberalisme,
sekulerisme, Sosialisme, kapitalisme, pluralisme, syi'ahisme dan isme-isme
lainya lewat buzzer dan influencer (Al Baqarah 120, 217, Al Anfal 30)
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ
حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ
ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ
ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu. [ QS. Al Baqarah 120]
وَٱلْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ
يُقَٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ ٱسْتَطَٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ
مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ
فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا
خَٰلِدُونَ
Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada
membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat,
dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.[ QS. Al Baqarah 217]
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ
ٱلْمَٰكِرِينَ
Artinya: Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. [QS Al Anfal 30]
Untuk mengatasi ini dibutuhkan sosok figur pemimpin yang berjiwa Muharrik Visioner
Progresif (jiwa Penggerak bervisi maju) yang memilik jiwa aktivis petarung baik
secara fisik maupun intlektual keilmuannya (Ukhrawi dan duniawi) . Dan inilah
sesungguhnya pemimpin yang dirindukan oleh ummat masa kini dan masa depan, agar
ummat islam menjadi Kuntum Khairu Ummah.
Sebagaiman Firman Allah SWT di QS Ali Imran 110.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ
أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah.
Dan untuk menuju itu kita harus mencontoh dan meneladani Nabi Muhammad
SAW. sebagai nabi akhir zaman, qudwah, teladan dan contoh terbaik, the
best figure and the role model di planet bumi ini, yaitu insan yang sempurna dalam mengubah
dunia dari kegelapan menuju terangnya peradaban dunia islam dengan cahaya islam
yang bersumber pada Al Qur'an dan As Sunnah sebagai landasan dan dasar
pemikiran menuju keselamatan dunia dan akhirat yang penuh rahmatam lil 'alamin.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Ahzab 21 " Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (beriman kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah”
Menjadi kader ummat Nabi Muhammad SAW atau Muhammadiyah sebagai pengikutnya
harus memiliki kepemimpinannya harus cerdas (fathonah), jujur (siddiq), dipercaya
(Amanah), menyampaikan (tabligh), basthatun fil ilmi wal jism (ilmu yang luas
dan tubuh yang perkasa) berintegritas bukan karena isi tas seperti di tengah
akhir zaman era digital yang penuh ghazwul fikri.
Dengan risalah Islam berkemajuan yang didalamnya ada gerakan dakwah amar
makruf nahi mungkarnya , adalah dengan merangkul
bukan memukul, mengajak bukan mengejek, mencerdaskan bukan membodohkan,
mencerahkan bukan menyesatkan, menggembirakan bukan menakutkan, menyenangkan
bukan menyengsarakan, mengenyangkan bukan melaparkan, memberi bukan meminta, serta
menyejukkan, mendinginkan bukan memanaskan.
Kader muslim yang progresif visioner selalu beraktivitas sebagai gerakan
kehidupan, bukan diam diri, stagnan, mandeg dan nganggur mentekur, loman
bukan medit bin bakhil, sumeh, senyum, nyemanak, bergaul bukan cemberut
kecut judes atau cuek, ringan tangan bukan tak peduli, responsif, tanggap,
cepat bertindak bukan egois dan pasif, mengadvokasi bukan provokasi.
Kader Nabi Muhammad SAW atau Muhammadiyah sebagai pengikutnya juga harus berjiwa
progresif visioner bukan regresif, tasamuh, toleran bukan intoleran, wasathyah,
moderat, tawazun, adil bukan radikal, ekstrim apa lagi teroris dan khawarij, mengadvokasi
bukan provokasi, menyatukan dan mempersatukan bukan memecah belah, bukan polorisasi
juga bukan pembelah ummat.
Hanya generasi yang berjiwa muharrik progresif visionerlah yang mampu dan
bisa menjawab dan menyelesaikan masalah dan problematika keummatan dan
kebangsaan yaitu memiliki karakteristik,
berintigritas kepribadian islami (syakhsiyah Islamiyah) sebagai berikut
:
Pertama, Quwwatul Aqidah, memiliki aqidah yang kuat, yang menjadikan Allahu
ghoyatuna artinya Allah azza wajalla sebagai tujuan kami. Disini menyangkat
tauhid Rubbubiyah, Ilahiyah dan Asma wa sifat. Dan juga beribadah hanya kepada
Allah SWT, termasuk shalatnya, hidupnya dan matinya untuk Allah SWT.
Kedua, Quwwatul ‘ilmi, memiliki ilmu
yang kuat, luas baik ilmu dunia dan ilmu akhirat. Seoramg muslim harus cerdas
berwawasan global mengusai multi disiplin ilmu baik ilmu agama, politik,
ekonomi, hukum, sosial budaya,
pendidikan dan sains, informasi dan teknologi,
militer dan filsafat dst.
Ketiga, Quwwatul Akhlaq, memiliki akhlak, moral etika yang baik,
bagus dalam mensikapi kehidupan. Seorang muslim wajib mencontoh dan meneladani
baginda Rasulullah SAW baik berakhlak dalam kepribadian sendiri, berakhlak
dalam rumah tangga, bermasyarakat, berpolitik, bernegara, berekonomi, bermuamamlah dengan non islam
dst. Semua itu ada dalam diri Rasulullah SAW.
Keempat, Quwwatul ghiroh, Memiliki semangat/keinginan yang kuat dalam
melanjutkan dan meneruskan risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
yaitu mendakwahkan Islam ketengah-tengah ummat yang sangat membutuhkan
pencerahan agama islam yang berkemajuan sebagai rahmatan lil 'alamin.
Saat ini memang sangat perlu adanya revitalisasi dakwah dan jihad
fisabililah, karena tantangan dakwah sudah mengglobal dan butuh srategi dan
eksekusi cepat serta memberi solusinya. Semangat ini dilandasi oleh firman
Allah SWT dalam surat Ali Imran 104, 110, Ar Ra'du 11, Muhammad 7, Ash Shaf
4,10-11 dan At Taubah 111).
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran,
hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia
merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia
ingkari dengan hatinya dan (dengan hati) itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no. 49)
Kelima, Quwwatul Iradah Berusaha
keras, tekad mensinergikan dan membangun ukhuwah islamiyah dan mempersaudarakan
ummat islam lintas golongan, ormas,
partai, madzhab dan harakah islamiyah
apapun namanya yang penting adalah Ahli Sunnah Wal Jama'ah atau kaum Sunny.
Tentu semangatnya adalah landasanya al Qur'an dan As Sunnah yang terdapat
dalam QS al Hujurat 10
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
dan juga QS. Ali Imran 103.
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟
ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ
قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk
Rasulullah SAW berpesan dalam sabdanya:
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ
البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di
antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” [HR. Bukhari, no. 13
dan Muslim, no. 45]
Tidak ada komentar: