Tafsir QS. Ar-Rum, ayat 33-37 Ibnu Katsir
وَإِذَا
مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوْا رَبَّهُمْ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا
أَذَاقَهُمْ مِنْهُ رَحْمَةً إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ (33)
لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ فَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (34) أَمْ
أَنزلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا فَهُوَ يَتَكَلَّمُ بِمَا كَانُوا بِهِ
يُشْرِكُونَ (35) وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا وَإِنْ
تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ (36)
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (37)
Dan
apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan
kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka
barang sedikit rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan
Tuhannya, sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan
kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan
mengetahui (akibat
perbuatanmu). Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu
keterangan itu menunjukkan (kebenaran) apa yang mereka selalu
mempersekutukan dengan Tuhan? Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada
manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa
sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh
tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. Dan apakah mereka
tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang beriman.
Allah SWT.
menceritakan perihal manusia; sesungguhnya mereka itu apabila tertimpa keadaan
darurat (bahaya), mereka menyeru kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Apabila diberikan kepada mereka kenikmatan, tiba-tiba sebagian dari mereka
yang telah membaik keadaannya mempersekutukan Allah dan menyembah Dia bersama
yang lain-Nya.
Firman
Allah SWT.:
لِيَكْفُرُوا
بِمَا آتَيْنَاهُمْ
sehingga
mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. (Ar-Rum: 34)
Huruf lam
dalam ayat ini menurut sebagian ulama bahasa disebut lamul 'aqibah, sedangkan
menurut sebagian yang lain adalah lamut ta’lil, tetapi ta'lil ini
berdasarkan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah terhadap mereka.
Kemudian
Allah mengancam mereka melalui firman-Nya:
فَسَوْفَ
تَعْلَمُونَ
kelak
kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu). (Ar-Rum: 34)
Sebagian
ulama mengatakan, "Seandainya ada seorang pengawal (tentara) yang kejam
mengancamku, tentulah aku merasa takut. Maka terlebih lagi jika yang mengancam
itu adalah Tuhan Yang mengatakan kepada sesuatu, 'Jadilah kamu', maka jadilah
ia."
Selanjutnya
Allah SWT. berfirman, mengingkari perbuatan orang-orang musyrik karena mereka
menyembah selain Allah tanpa dalil, tanpa alasan, dan tanpa keterangan:
أَمْ
أَنزلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا
Atau
pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan. (Ar-Rum: 35)
Yang
dimaksud dengan sultan ialah alasan.
فَهُوَ
يَتَكَلَّمُ
lalu
keterangan itu menunjukkan (kebenaran).
(Ar-Rum: 35)
Yakni
membicarakan atau mengungkapkan
بِمَا
كَانُوا بِهِ يُشْرِكُونَ
apa yang
mereka selalu mempersekutukan dengan Tuhan? (Ar-Rum: 35)
Istifham (kata tanya) dalam ayat ini mengandung
makna ingkar, yakni tiada suatu keterangan pun yang membuktikan kebenaran
perbuatan mereka itu.
Selanjutnya
Allah SWT. berfirman:
وَإِذَا
أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا
قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ
Dan
apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira
dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang
telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.
(Ar-Rum: 36)
Ini
merupakan pengingkaran yang ditujukan kepada manusia dipandang dari segi tabiatnya,
terkecuali orang-orang yang dipelihara oleh Allah dan diberi-Nya taufik. Karena
sesungguhnya manusia itu bangga apabila diberi suatu nikmat, lalu mengatakan
seperti apa yang disitir oleh firman-Nya:
ذَهَبَ
السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ
"Telah
hilang bencana-bencana itu dariku, sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga.
(Hud: 10)
Yakni dia
merasa gembira dan berbangga diri terhadap yang lainnya. Tetapi apabila ia
tertimpa suatu kesengsaraan, maka berputus asalah dia dari mendapat kebaikan
sesudahnya. Allah SWT. berfirman:
إِلا
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
kecuali
orang-orang yang sabar (terhadap
bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh. (Hud: 11)
Yakni
sabar dalam menghadapi kesengsaraan dan rajin beramal saleh dalam keadaan
makmur dan senang, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih melalui
sabda Nabi SAW.:
"عَجَبًا
لِلْمُؤْمِنِ، لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ، إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شكر فكان خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاء
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ"
Sungguh
menakjubkan orang mukmin itu, tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu takdir
baginya melainkan hal itu baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia
bersyukur; dan bersyukur itu adalah baik baginya. Dan jika tertimpa kesusahan,
ia bersabar; dan bersabar itu adalah baik baginya.
Firman Allah SWT.:
أَوَلَمْ
يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ
Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki
bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). (Ar-Rum: 37)
Artinya,
Dialah yang mengatur dan yang melakukan itu dengan kebijaksanaan dan
keadilan-Nya; Dia melapangkan rezeki suatu kaum dan menyempitkan rezeki yang
lainnya.
إِنَّ فِي
ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
beriman. (Ar-Rum: 37)
Tidak ada komentar: