Hadits ke-1 dari 95, BAB 11. MUJAHADAH, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN

Hadits ke-1 dari 95, BAB 11. MUJAHADAH, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN


BAB.11. MUJAHADAH 




وَٱلَّذِينَ جَاهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.( QS.Al-Ankabut 69)

 

وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ 


“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”.(QS. Al-Hajr 99)

 

وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلٗا 


“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. Al-Muzammil 8)


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ.

 

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Az-Zalzalah 7)


وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ


Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (QS. Al-Muzammil 20)


وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ 


Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.(QS. Al-Baqarah 273)

Dan (masih) banyak ayat-ayat lain dalam bab ini yang sudah diterangkan.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إِنَّ اللَّهَ تعالى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، . رواه البخاري

 

95. Dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah (yang akan melindungi) pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk mengerjakan sesuatu, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Ku-lindungi.'" HR. Bukhari

 

HR. Bukhari  fiir raqaaqi (Bab Tawadhu’)


Lughatul hadits:

- Waliyyu: dimabil dari kata wali yang berarti dekat, dan seorang wali itu yang senantiasa dekat dengan Allah SWT, dekatnya lantaran menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, banyak melaksanakan ibadah tambahan (sunnah), dan telah ada (ciri) dan sifatnya di Al-Quran melalui firman Allah SWT:


أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ 


Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.(QS, Yunus 62-63)

- An-Nawafule: jamak dari naafilatun, secara Bahasa artinya tambahan, maksudnya disini tambahan ketaatan dari yang fardhu (wajib)

- Yabthisyu biha: (tangan) yang digunakannya, yaitu penggunaan dengan sangat maksimal.

- Kuntu sami’ahu: Aku menjadi (pelindung/pembantu) pendengarannya. Menurut Sebagian para Ahli (ulama), bahwasanya bentuk gambara ini adalah sebuah majaz (perumpamaan), atau permisalahan pertolongan Allah SWT terhadap hamba-Nya yang dekat (kepada-Nya), dengan mengingat (hamba)nya, membantunya, menolongnya, dan menjaganya atas segala anggota badannya dari perbuatan kemaksiatan kepada Alah Ta’ala

 

Faidah Hadits:

- Bahaya memusuhi para wali Allah SWT baik dengan membenci mereka ataupun mencelakakan mereka. Sedangkan membantah mereka dihadapan hakim/pengadilan untuk mengungkap (bukti kesalahan) atau mengungkap misteri (masalah yang disembunyikan) maka tidak termasuk dalam janji (di hadits) ini. Para sahabat mengemukakan (permasalhan) di depan Hakim/pengadilan, dan mereka adalah para wali istimewa (disisi) Allah SWT  

- Mendahulukan (amalan) yang Fardhu (wajib) dari (amalan) yang sunnah, karena perintah mengamalkan amalan tersebut penting. Membiasakan amalan sunnah seperti sunnah-sunnah rawatib, shalat malam, membaca Al-Quran setelah menunaikan ibadah fardhu (wajib) hal tersebut dapat menjadikan cinta-Nya Allah SWt terhadap hamba-Nya dan mengantarkannya menjadi sejumlah para wali-Nya.

- Wajib menyucikan Allah SWT dari apapun yang tidak memberikan solusi (kemanfaatan) dalam berbagai hal atau (menyucikan) dari perkara (sifat makhluk) yang melekat padanya. Akan tetapi wajib menyematkan semua sifat ke-maha agung-an apa yang terkait dengan kemulian Allah SWT, atau dalam arti, maksudnya mengetahui atas ketundukan (segala sesuatu hanya) kepada Allah SWT.

- Jikalau seorang hamba benar-benar (taat) kepada tuhan-Nya (Allah SWT) dalam hal beribadah sampai menjadi (derajat) para wali-Nya, maka semestinyalah bagi Allah SWT untuk mengabulkan permohon doanya, jika yang dimohonkan itu adalah baik baginya (menurut Allah SWT), atau bisa juga menggantinya dengan yang lebih dari yang dimohonkannya baik dunia maupun di akhirat   

Hadits ke-1 dari 95, BAB 11. MUJAHADAH, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN Hadits ke-1 dari 95, BAB 11. MUJAHADAH, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN Reviewed by sangpencerah on Mei 27, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: