JALAN LURUS BERNAMA ISTIQAMAH

JALAN LURUS BERNAMA ISTIQAMAH




Firman Allah SWT


فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ


Maka tetaplah kamu dalam jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) kepada orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud;11:112)


Sabda Rasulullah SAW

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى الله أدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ


Dari 'Aisyah ra bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Amalan-amalan yang paling disukai Allah Ta'ala  ialah yang berkesinambungan meskipun sedikit."  (HR Muttafaqun 'Alaih, Bukhari 6464 -Muslim 783).


Istiqamah secara etimologi (bahasa) ialah konsisten. Istiqamah secara terminologi artinya teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada Allah SWT, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan. Istiqamah merupakan kata yang mengandung banyak makna, meliputi berbagai sisi agama, yaitu berdiri di hadapan Allah SWT secara hakiki dan memenuhi janji. Istiqamah berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat.

Rasulullah SAW. memerintahkan kepada kita agar dapat mencapai Istiqamah, yaitu jalan yang lurus dan niat yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Istiqamah dalam beribadah jika dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari maka akan mendapatkan manfa'at yang banyak dan benar. Tetapi, untuk mencapai Istiqamah, kita perlu berjuang dan membiasakan diri dalam beribadah. Melalui perjuangan membiasakan diri dalam beribadah kepada Allah SWT, karena dengan proses seperti itulah kita dapat mencapai tingkat Istiqamah. Seseorang yang di dalam kesehariannya tidak ada upaya untuk membiasakan diri dalam melakukan ibadah yang benar dan ikhlash, maka ia tidak akan menemui apa Yang disebut istiqamah.


Maka dari itu sebagai sarana menuju ibadah yang Istiqamah, kita perlu mempraktikannya sedikit demi sedikit (thabaqn 'an thabaq_ step by step). Dan laksanakan ibadah yang wajib dengan tertib. Setelah itu kita tingkatkan lagi dengan melaksanakan ibadah yang wajib tepat pada waktunya. Untuk mencapai kestabilan dalam mempertahankan ibadah wajib ini, kita juga perlu perjuangan dan perlu membiasakan diri, sebagaimana kata pepatah umum "Bisa karena biasa, biasa karena mencoba" tanpa melalui proses percobaan seseorang tidak bisa secara langsung melakukan dengan sempurna dan Istiqamah, apalagi bagi orang yang baru saja kenal atau melaksanakan syari'at agama. Setelah itu, jika sudah mampu beribadah wajib dengan disiplin dan tepat waktu, maka perlu meningkatkan kepada ibadah sunnah. Ini pun perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit. Karena, jika seseorang menlakukan ibadah sunnah langsung keseluruhan, maka dikhawatirkan tidak mampu dan justru akan mengganggu ibadah yang wajib. Jika amalan sunnah ini dijalankan dengan baik dan sudah stabil, maka seseorang tersebut mulai menginjak tingkatan Istiqamah. Inilah yang kita harapkan dari ibadah seseorang menuju Istiqamah. Karena dengan ibadah yang Istiqamah itu, kita akan mendapat pertolongan yang lebih besar dari Allah SWT.


Beribadah secara Istiqamah dapat menumbuhkan rasa keimanan yang kokoh dan mewujudkan akhlak yang mulia. Kemantapan iman bagi seseorang yang telah mencapai Istiqamah akan sangat membekas di dalam hatinya. Hati kita menjadi mantap dan merasakan ketenangan di dalam jiwa apabila konsisten dalam melakukan suatu amalan, sekalipun amalan itu sedikit. Dan keadaan seperti ini akan mengantarkan diri kita kepada mudahnya membersihkan penyakit bathin. Dengan menipisnya penyakit bahtin seseorang, maka hatinya (qalb) akan semakin jernih, hingga akhirnya mencapai hati yang benar-benar jernih, bebas dari berbagai macam pengaruh intern atau ektern, dan selalu berpikiran positif (Husnudz_Dzan, positif_thanking). keadaan seperti inilah yang dicita-citakan oleh setiap orang, yaitu orang yang bersih hati, jiwa dan pikirannya dari racun-racun dunia.


Disamping itu beribadah secara Istiqamah juga mengantarkan diri seseorang merasakan kelezatan di dalam menjalankan ibadah. Karena, ibadah yang dilakukan dengan hati dan jiwa secara Istiqamah akan dirasakan manis dan lezat bagi hati dan jiwa itu. Itulah sebabnya beribadah sedikit tapi Istiqamah lebih disukai oleh Allah SWT dari pada beribadah banyak tanpa ke-istiqamah-an alias musiman, maka ibadah semacam ini tidak akan memiliki pengaruh apa-apa terhadap pelakunya, kecuali selalu mengingat-ngingat karena sudah merasa melakukan, tapi kok belum ada balasan dari Allah SWT!  Beribadah secara Istiqamah walaupun sedikit memiliki dampak atau pengaruh yang sangat beaar dan kuat terhadap hidupnya hati dan jiwa. Kita bisa melihat perbandingan logis beberapa keadaan sebagai contoh. Kita pernah melihat betapa batu yang sangat keras bisa berlubang karena tetesan air dari atas jatuh menimpanya dalam waktu yang lama. Kita sulit membayangkan bahwa batu itu dapat berlubang sekaligus dengan hanya beberapa guyuran air yang melimpah secara terus menerus.


Untuk mencapai Istiqamah, seseorang tidak harus memaksakan diri dalam melaksanakan apa yang tidak sanggup untuk dilakukan. Tetapi, laksanakanlah apa yang mampu untuk diamalkan. Rasulullah Saw. bersabda, "Lakukan apa yang mampu kamu amalkan. Demi Allah, (Sesungguhnya) Allah tidak jemu (mendengar, melihat) sehingga kamu sendiri yang jemu." (HR Bukhari. No. 43, Muslim 785). Dengan berusaha mengamalkan ibadah sedikit demi sedikit, seseorang akan bisa melakukan ibadah yang lebih banyak. Dengan adanya persiapan, seseorang akan mampu melakukan apa yang dipersiapkan itu.


Melihat realita dimasyarakat masih banyak diantara mereka yang belum mengetahui besarnya fadhilah (keutamaan) bagi seseorang yang Istiqamah dalam beribadah. Kebanyakan dari mereka dalam beramal karena semangat yang hanya bersifat sementara. Apalagi, amalan seseorang itu bukan dari dorongan diri sendiri, tapi karena pengaruh lingkungan, atau dorongan dari luar. Ibadah yang semacam ini sangat sulit untuk mencapai Istiqamah. Ibadah semacam ini hanya akan muncul dan kelihatan ketika ada kebutuhan. Dan pada gilirannya mereka tidak butuh lagi, maka amalan ibadah itu juga ikut kandas di tengah jalan Na'udzubillah!, Jadi, dorongan melakukan ibadah itu semata-mata karena ada yang dikehendakinya. Maka, bagaimana mungkin seseorang dengan ibadah jenis ini dapat mencapai Istiqamah...? amat sangat mustahil untuk mendapat pertolongan Allah SWT.


Hanya dengan beribadah secara Istiqamah seseorang akan merasa ketenteraman hati, ketenangan bathin dan jauh dari rasa gundah dan bersedih hati sebagai tanda bahwa orang-orang tersebut telah mencapai Istiqamah. Sebagaimana firman Allah SWT:


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (13)

 أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14)


"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Rab kami ialah Allah,' kemudian mereka tetap Istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaaf;46: 13-14)


Sebagai salah satu bentuk pertolongan dan balasan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa Istiqamah dalam melakukan suatu amalan, apakah amalan sunnah atau ibadah wajib atau mustahab, ibadah mahdah atau ghairu mahdah (mu'amalah) akan mendapat porsi yang sama di sisi Allah SWT, jika dikerjakan dengan kontinu, misalnya; seseorang rutin membaca al-qur’an/shalat sunnah mutlak, suatu ketika karena hal-hal tertentu, sehingga tidak dapat menunaikan menurut kebiasaannya atau karena sakit, maka Allah SWT tetap mencatat amalan tersebut sekalipun tidak ditunaikan. Itulah kemaha Murahan Allah terhadap amalan hamba-hamabaNya. Wallahu a’lam bi ash-shawab


Nah..! Saat ini kita kaum muslimin  telah melakukan penempaan diri dengan berbagai kebaikan yang telah dilakukan selama Ramadhan, untuk itu supaya kita tetap mendapat pertolongan dan balasan Allah yang lebih besar lagi, maka apa yang telah kita lakukan diwaktu Ramadhan yang lalu, mari kita teruskan, apakah ibadah Qiyamul lail (tarawih+witir) shalat wajib secara berjama'ah, shalat sunnah rawatib atau sunnah hai-atnya, melanjutkan  ber-shaum sunnah, atau membaca al-Qur'an, berkata baik dan berniat i'tikaf secara umum setiap akan masuk masjid. Apabila amalan-amalan di atas dapat kita lanjutkan dan lestarikan selama 11 bulan ke depan, maka bisa dipastikan  antara Ramadhan tahun ini dan yang akan datang dapat menghapus dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Selain itu Allah SWT selalu cinta dan suka kepada kita karena telah mempertahankan dan melanjutkan amalan-amalan biak tersebut. Semoga bermanfa'at..!

 


JALAN LURUS BERNAMA ISTIQAMAH JALAN LURUS BERNAMA ISTIQAMAH Reviewed by sangpencerah on Mei 18, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: