وَأَتِمُّواْ
ٱلۡحَجَّ وَٱلۡعُمۡرَةَ لِلَّهِۚ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”(QS.
Al Baqarah: 196)
Ibadah
haji yang terdiri dari umrah dan haji merupakan titik kulminasi dari proses
pencarian kesempurnaan hidup baik secara individu dan sosial. Ibadah umrah
adalah gambaran tahapan yang harus ditemnpuh seseorang untuk mencapai
tingkat kesempurnaan diri secara personal sebagai seorang muslim, dan ibadah
haji adalah tahapan dan proses yang harus dilakukan oleh umat Islam untuk
mencapai kesempurnaan hidup secara berjamaah, umat yang berkualitas, umat
terpandang dalam sejarah kemanusiaan. Itulah sebabnya dalam al Quran, perintah
haji dan umrah diawali kalimat: ”Dan sempurnakanlah ibadah haji
dan umrah karena Allah” (QS. Al Baqarah: 196). Seakan-akan ayat diatas
berkata: Sempurnakanlah hidupmu dengan haji dan umrah. Berarti dalam Ibadah
haji terdapat sebuah latihan untuk menggapai kesempurnaan hidup.
Mari
kita meneliti apakah tahapan dan proses kesempurnaan hidup yang dapat kita
petik dalam proses pelaksanaan haji di Tanah suci. Ibadah haji melalui dua
tahapan yaitu umrah dan haji. Umrah adalah ibadah yang dilakukan secara
berturut-turut dari Ihram (ditandai dengan memakai pakaian ihram), Thawaf
berkeliling ka'bah, Sai yaitu berjalan antara bukit shafa dan Marwa, dan
Tahallul (menggunting rambut). Sedangkan haji dilakukan dengan melaksanakan
prosesi Wukuf di Arafah, Mabit dan mengambil batu di Muzdalifah pada waktu
malam hari, Melontar Jumrah di Mina, Thawaf Ifadah, diikuti dengan
menyembelih hewan Qurban. Banyak orang menyangka bahwa ibadah ini hanya
bersifat ritual, padahal al Quran menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji dan
umrah sehingga dapat dijadikan model hidup yang sempurna sebagaimana dinyatakan
dalam al Quran:”Dan serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengenderai unta dari
segenap penjuru yang jauh, agar supaya mereka menyaksikan manfaat mereka”(QS.
Al Hajj: 27-28). Dalam ayat ini Allah SWT menyuruh umat manusia untuk melakukan
haji dan melihat serta memperhatikan manfaat, hikmah daripada prosesi ibadah
haji tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan haji manusia
harus dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah hidup, sehingga
meraka dapat menjadi individu sempurna (perfect personality), dan
menjadi umat dan jamaah yang terbaik (Khairu ummah). Pribadi terbaik
inilah yang harus dibuktikan dalam sikap sehingga dapat menjadi ”insan
mabrur", baik mabrur secara individu, dan mabrur secara sosial
berjamaah. Untuk mendapatkan mabrur tersebut, maka manusia harus memenuhi
syarat dan rukun yaitu:
1. Ihram: Kesucian diri dengan
mengontrol keinginan dan nafsu.
Langkah pertama untuk menjadi manusia sempurna
adalah keupayaan diri untuk mengontrol diri, dari keinginan dan hawa
nafsu. Dalam ihram seseorang diharamkan dari memakai
sesuatu yang halal, kecuali yang ditentukan. Ini merupakan gambaran bahwa seorang individu
harus dapat mengontrol antara keperluan dan keinginan. Seorang yang sukses
adalah individu yang dapat melihat antara keperluan dan keinginan. Berarti
Ihram adalah bagaimana seseorang dapat mengontrol diri dari memakai kekayaan
yang berlebihan, memakai kekuasaan semau-nya, memakai sesuatu milik dengan
tidak berguna, mubazir, dan lain sebagainya. Walaupun pejabat dan penguasa ber-ihram
adalah pemimpin, dan penguasa yang dapat memakai wewenang kekuasaan hanya
untuk kemaslahatan rakyat, bukan untuk meraih keuntungan pribadi.
Anggota dewan yang ihram adalah angota dewan yang mengeluarkan undang-undang
dan peraturan untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan diri, partai
atau kelompok tertentu. Kontraktor yang ihram adalah kontraktor yang tidak
melakukan mark-up dalam proyek, dan lain sebagainya. Pribadi yang ihram adalah
pribadi yang selalu memakai waktu dengan sebaik-baiknya, bukan untuk permainan
dan hiburan, mempergunakan kekayaan dengan sebaik-baiknya, bukan berbelanja
sepuas-puasnya, selalu memperhatikan mana yang merupakan keperluan dan mana
yang bersifat keinginan, terhindar dari sifat ”mubazir” dan ”lagha”(perbuatan,
perkataan sia-sia). Inilah
kunci dan syarat pertama untuk menjadi manusia 'mabrur", manusia sempurna.
2. Thawaf: Hidup dalam lingkaran ibadah.
Thawaf
adalah mengelilingi ka'bah tujuh kali. Ini merupakan gambaran dari setiap
individu yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat
menjadikan seluruh kegiatan dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan
diri kepada Allah SWT. Thawaf juga bermakna bahwa segala gerak dan langkah
hanya dilakukan dalam kerangka syariah, hukum-hukum dan perintah Allah SWT.
Manusia adalah bagian daripada alam semesta, dan alam dengan seluruh planetnya
malakukan thawaf demikian juga malaikat melakukan thawaf di Baitul Makmur, maka
manusia juga secara fisik, rohani, pemikiran, kejiwaaan dan sistem kehidupan
harus thawaf kepada Allah SWT. Thawaf dalam tujuan mencari petunjuk Ilahi untuk
meniti kehidupan. Thawaf juga bermakna selalu melihat dan memperhatikan (muhasabah)
diri apakah seluruh aktifitas keduniaan kita dari belajar, mengajar, berniaga,
berpolitik, berbudaya, apakah sudah dalam kerangka penegakan hukum-hukum Allah SWT
dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apakah setiap langkah
yang kita lakukan selama tujuh hari tujuh malam, baik di atas bumi ataupun
diatas langit semuanya mengacu kepada mencari keridhaan Allah SWT. Individu
yang dapat melakukan thawaf kehidupan ini merupakan manusia sempurna di hadapan
Allah SWT, sebab semua gerak dan langkah hanya untuk beribadah kepada-Nya,
sebab tujuan hidup seorang muslim adalah untuk beribadah kepada-Nya dalam
arti yang seluas-luasnya. Politikus thawaf adalah politikus yang
melakukan segala langkah politik untuk tujuan yang suci, sehingga politik
mrupakan ibadah. Bisnisman thawaf adalah peniaga yang mengembangkan
ekonomi dalam sistem syariah dan menjadikan kegiatan bisnis bagian daripada
ibadah. Pendidik dan ilmuwan yang thawaf adalah mereka yang melakukan aktifitas
keilmuan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Demikianlah makna thawaf dalam
kehidupan sehingga seluruh langkah merupakan bagian daripada pendekatan diri
kepada Allah SWT, sehingga aktifitas tersebut bukan saja merupakan ritual
semata tetapi menjadi asset untuk kehidupan lebih
panjang dan kekal di akhirat kelak.
3. Sa’i: Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.
Manusia
mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan alam
dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia Khalifah adalah menguasai
bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah Sa’i, berjalan
dan berlari-lari kecil dari bukit Safa menuju bukit Marwa. Sudah menjadi
sunatullah, siapa yang mempunyai etos kerja yang tinggi maka dia akan menguasai
dunia, baik dia itu seorang muslim, kafir, atau atheis. Penguasan dunia
(khalifah) tidak mungkin di dapat hanya dengan beribadah, berzikir, dan berdoa
semata-mata tetapi harus dilakukan dnegan penguasaan ilmu, kerja yang
professional, bekerja keras, disiplin dan ketabahan, dengan manajemen yang
rapi, dan semangat pantang menyerah. Hal ini hanya dapat dicapai dengan etos
kerja yang tinggi, semangat membaja, sebagaimana Siti Hajar berusaha untuk
menaklukkan bukit safa dan marwa seorang diri di tengah padang pasir yang tandus.
Ini
semua disebabkan mereka mempunyai semanagt dan etos kerja yang tinggi, semangat
ibadah Sa’i, semangat untuk menguasai kehidupan dunia sebagai aplikasi tugas
khalifah Allah SWT dimuka bumi. Dengan aplikasi ibadah Sa’i dalam menghadapi dan
menjalani kehidupan inilah maka umat Islam terdahulu menjadi umat teladan, umat
terbaik, umat yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan, dan menjadi umat
yang tercatat dengan catatan emas dalam sejarah kemanusiaan.
4. Tahalul: Pelayanan sosial secara
individual.
Tahalul adalah menggunting rambut bagi jamaah
yang telah melakukan prosesi sa’i dalam umrah. Sa’i adalah bagaimana seorang
individu dapat mencapai prestasi tertinggi di dalam bidang masing-masing. Itu
semuanya harus dapat di “tahalul"kan dalam arti, seluruh
kepandaian, keilmuan, pemikiran, kerja politik, kerja ekonomi, harus dapat
menjadi sumbangsih kepada individu yang lain dan kepada kemaslahatan masyarakat
yang lain, sehingga seorang ilmuwan akan mendapat pahala jariyah dari teori
keilmuan yang dihasilkan, seorang teknokrat dapat pahala jariyah dari inovasi
teknologinya, seorang politisi dapat pahala jariyah dari terobosan politiknya,
dan seorang peniaga dapat pahala jariyah dari sumbangan sedekah, infaq kepada
orang yang memerlukan dari kekayaan yang dimilikinya. Itulah sebabnya
Rasulullah SAW bersabda: ”Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidupnya
berguna dan bermanfaat bagi manusia yang lain". Fa’tabiru ya Ulil
albab. Selamat Jalan para jamaah haji, selamat menjalani latihan pribadi
sempurna, semoga menjadi haji mabrur. Fa’tabiru ya Ulil albab.
Tidak ada komentar: