FILOSOFI MILLAH IBRAHIM, SOKO GURU IBADAH SAKRAL

 FILOSOFI MILLAH IBRAHIM
SOKO GURU IBADAH SAKRAL
Ust. Dr. Muhammad Ghazali, M.A
(Anggota CMM 117)


 

وَأَتِمُّواْ ٱلۡحَجَّ وَٱلۡعُمۡرَةَ لِلَّهِۚ


Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”(QS. Al Baqarah: 196)


Ibadah haji yang terdiri dari umrah dan haji merupakan titik kulminasi dari proses pencarian kesempurnaan hidup baik secara individu dan sosial. Ibadah umrah adalah gambaran tahapan yang harus ditemnpuh seseorang untuk mencapai tingkat kesempurnaan diri secara personal sebagai seorang muslim, dan ibadah haji adalah tahapan dan proses yang harus dilakukan oleh umat Islam untuk mencapai kesempurnaan hidup secara berjamaah, umat yang berkualitas, umat terpandang dalam sejarah kemanusiaan. Itulah sebabnya dalam al Quran, perintah haji dan umrah diawali  kalimat: ”Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah” (QS. Al Baqarah: 196). Seakan-akan ayat diatas berkata: Sempurnakanlah hidupmu dengan haji dan umrah. Berarti dalam Ibadah haji terdapat sebuah latihan untuk menggapai kesempurnaan hidup.

 

 Mari kita meneliti apakah tahapan dan proses kesempurnaan hidup yang dapat kita petik dalam proses pelaksanaan haji di Tanah suci. Ibadah haji melalui dua tahapan yaitu umrah dan haji. Umrah adalah ibadah yang dilakukan secara berturut-turut dari Ihram (ditandai dengan memakai pakaian ihram), Thawaf berkeliling ka'bah, Sai yaitu berjalan antara bukit shafa dan Marwa, dan Tahallul (menggunting rambut). Sedangkan haji dilakukan dengan melaksanakan prosesi Wukuf di Arafah, Mabit dan mengambil batu di Muzdalifah pada waktu malam hari, Melontar Jumrah di Mina, Thawaf Ifadah, diikuti dengan menyembelih hewan Qurban.  Banyak orang menyangka bahwa ibadah ini hanya bersifat ritual, padahal al Quran menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji dan umrah sehingga dapat dijadikan model hidup yang sempurna sebagaimana dinyatakan dalam al Quran:”Dan serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengenderai unta dari segenap penjuru yang jauh, agar supaya mereka menyaksikan manfaat mereka”(QS. Al Hajj: 27-28). Dalam ayat ini Allah SWT menyuruh umat manusia untuk melakukan haji dan melihat serta memperhatikan manfaat, hikmah daripada prosesi ibadah haji tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan haji manusia harus dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah hidup, sehingga meraka dapat menjadi individu sempurna (perfect personality), dan menjadi umat dan jamaah yang terbaik (Khairu ummah). Pribadi terbaik inilah yang harus dibuktikan dalam sikap sehingga dapat menjadi ”insan mabrur", baik mabrur secara individu, dan mabrur secara sosial berjamaah. Untuk mendapatkan mabrur tersebut, maka manusia harus memenuhi syarat dan rukun yaitu:

 

1. Ihram:  Kesucian diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.

Langkah pertama untuk menjadi manusia sempurna adalah keupayaan diri untuk mengontrol diri, dari  keinginan dan hawa nafsu. Dalam ihram seseorang diharamkan dari memakai sesuatu yang halal, kecuali yang ditentukan.  Ini merupakan gambaran bahwa seorang individu harus dapat mengontrol antara keperluan dan keinginan. Seorang yang sukses adalah individu yang dapat melihat antara keperluan dan keinginan. Berarti Ihram adalah bagaimana seseorang dapat mengontrol diri dari memakai kekayaan yang berlebihan, memakai kekuasaan semau-nya, memakai sesuatu milik dengan tidak berguna, mubazir, dan lain sebagainya. Walaupun pejabat dan penguasa ber-ihram adalah pemimpin, dan penguasa yang dapat memakai wewenang kekuasaan hanya untuk   kemaslahatan rakyat, bukan untuk meraih keuntungan pribadi. Anggota dewan yang ihram adalah angota dewan yang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan diri, partai atau kelompok tertentu. Kontraktor yang ihram adalah kontraktor yang tidak melakukan mark-up dalam proyek, dan lain sebagainya. Pribadi yang ihram adalah pribadi yang selalu memakai waktu dengan sebaik-baiknya, bukan untuk permainan dan hiburan, mempergunakan kekayaan dengan sebaik-baiknya, bukan berbelanja sepuas-puasnya, selalu memperhatikan mana yang merupakan keperluan dan mana yang bersifat keinginan, terhindar dari sifat ”mubazir” dan ”lagha”(perbuatan, perkataan sia-sia). Inilah kunci dan syarat pertama untuk menjadi manusia 'mabrur", manusia sempurna.

 

2. Thawaf:  Hidup dalam lingkaran ibadah.

Thawaf adalah mengelilingi ka'bah tujuh kali. Ini merupakan gambaran dari setiap individu yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat menjadikan seluruh kegiatan dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan diri kepada Allah SWT. Thawaf juga bermakna bahwa segala gerak dan langkah hanya dilakukan dalam kerangka syariah, hukum-hukum dan perintah Allah SWT. Manusia adalah bagian daripada alam semesta, dan alam dengan seluruh planetnya malakukan thawaf demikian juga malaikat melakukan thawaf di Baitul Makmur, maka manusia juga secara fisik, rohani, pemikiran, kejiwaaan dan sistem kehidupan harus thawaf kepada Allah SWT. Thawaf dalam tujuan mencari petunjuk Ilahi untuk meniti kehidupan. Thawaf juga bermakna selalu melihat dan memperhatikan (muhasabah) diri apakah seluruh aktifitas keduniaan kita dari belajar, mengajar, berniaga, berpolitik, berbudaya, apakah sudah dalam kerangka penegakan hukum-hukum Allah SWT dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apakah setiap langkah yang kita lakukan selama tujuh hari tujuh malam, baik di atas bumi ataupun diatas langit semuanya mengacu kepada mencari keridhaan Allah SWT. Individu yang dapat melakukan thawaf kehidupan ini merupakan manusia sempurna di hadapan Allah SWT, sebab semua gerak dan langkah hanya untuk beribadah kepada-Nya, sebab tujuan hidup seorang muslim adalah untuk beribadah kepada-Nya dalam arti yang seluas-luasnya. Politikus  thawaf adalah politikus yang melakukan segala langkah politik untuk tujuan yang suci, sehingga politik mrupakan ibadah. Bisnisman   thawaf adalah peniaga yang mengembangkan ekonomi dalam sistem syariah dan menjadikan kegiatan bisnis bagian daripada ibadah. Pendidik dan ilmuwan yang thawaf adalah mereka yang melakukan aktifitas keilmuan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Demikianlah makna thawaf dalam kehidupan sehingga seluruh langkah merupakan bagian daripada pendekatan diri kepada Allah SWT, sehingga aktifitas tersebut bukan saja merupakan ritual semata tetapi menjadi asset untuk kehidupan     lebih panjang dan kekal di akhirat kelak.

 

3. Sa’i: Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.

Manusia mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan alam dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia Khalifah adalah menguasai bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah Sa’i, berjalan dan berlari-lari kecil dari bukit Safa menuju bukit Marwa. Sudah menjadi sunatullah, siapa yang mempunyai etos kerja yang tinggi maka dia akan menguasai dunia, baik dia itu seorang muslim, kafir, atau atheis. Penguasan dunia (khalifah) tidak mungkin di dapat hanya dengan beribadah, berzikir, dan berdoa semata-mata tetapi harus dilakukan dnegan penguasaan ilmu, kerja yang professional, bekerja keras, disiplin dan ketabahan, dengan manajemen yang rapi, dan semangat pantang menyerah. Hal ini hanya dapat dicapai dengan etos kerja yang tinggi, semangat membaja, sebagaimana Siti Hajar berusaha untuk menaklukkan bukit safa dan marwa seorang diri di tengah padang pasir yang tandus.

Ini semua disebabkan mereka mempunyai semanagt dan etos kerja yang tinggi, semangat ibadah Sa’i, semangat untuk menguasai kehidupan dunia sebagai aplikasi tugas khalifah Allah SWT dimuka bumi. Dengan aplikasi ibadah Sa’i dalam menghadapi dan menjalani kehidupan inilah maka umat Islam terdahulu menjadi umat teladan, umat terbaik, umat yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan, dan menjadi umat yang tercatat dengan catatan emas dalam sejarah kemanusiaan.

 

4. Tahalul: Pelayanan sosial secara individual.

Tahalul adalah menggunting rambut bagi jamaah yang telah melakukan prosesi sa’i dalam umrah. Sa’i adalah bagaimana seorang individu dapat mencapai prestasi tertinggi di dalam bidang masing-masing. Itu semuanya harus dapat di “tahalul"kan dalam arti, seluruh kepandaian, keilmuan, pemikiran, kerja politik, kerja ekonomi, harus dapat menjadi sumbangsih kepada individu yang lain dan kepada kemaslahatan masyarakat yang lain, sehingga seorang ilmuwan akan mendapat pahala jariyah dari teori keilmuan yang dihasilkan, seorang teknokrat dapat pahala jariyah dari inovasi teknologinya, seorang politisi dapat pahala jariyah dari terobosan politiknya, dan seorang peniaga dapat pahala jariyah dari sumbangan sedekah, infaq kepada orang yang memerlukan dari kekayaan yang dimilikinya. Itulah sebabnya Rasulullah SAW bersabda: ”Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidupnya berguna dan bermanfaat bagi manusia yang lain". Fa’tabiru ya Ulil albab. Selamat Jalan para jamaah haji, selamat menjalani latihan pribadi sempurna, semoga menjadi haji mabrur. Fa’tabiru ya Ulil albab.

 


FILOSOFI MILLAH IBRAHIM, SOKO GURU IBADAH SAKRAL FILOSOFI MILLAH IBRAHIM, SOKO GURU IBADAH SAKRAL Reviewed by sangpencerah on Juni 14, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: