BEKERJA DALAM ISLAM

 BEKERJA DALAM ISLAM
Ust. Parmiyatun, S. Sos. I.
(Muballigh Muhammadiyah)


 

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Banyak sekali gelar yang disematkan kepada manusia. Manusia dikenal dengan sebutan makhluk individu dan sosial, makhluk pedagogik, multidimensional, dan lain sebagainya. Di dalam al-Qur’an, manusia disebutkan dengan beberapa istilah, yang kesemuanya merujuk pada satu pengertian tentang identifikasi manusia, akan tetapi pengertian dari istilah-istilah tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda. Istilah-istilah tersebut antara lain: an-Insan, al-Basyar, an-Nas, Bani Adam, ‘Abdullah, Khalifatullah.

 

Jika ditinjau dari aspek kebahasaan, istilah-istilah tersebut mengindikasikan manusia dari sisi tugas dan fungsinya. Lalu apa korelasi dari istilah-istilah tersebut? Al-qur’an menjawab dan  dinyatakan di dalamnya: seperti  laqad khalaqna alinsana fi ahsani al-taqwim, dan khalaqa al-insa-na min ‘alaq. Kedua potongan ayat tersebut tidak hanya menyatakan tentang manusia dari proses penciptaanya saja, tetapi juga mencakup pernyataan potensi-potensi yang terdapat di dalamnya. Potensi-potensi itulah yang akan menentukan apakah manusia itu mampu atau tidak mengemban amanah sebagai tugas dan fungsinya. Dengan potensi-potensi itu juga akan menentukan mampu tidaknya manusia mencapai derajat tinggi, ataukah justru sebaliknya, manusia justu akan menjadi perusak bumi.

 

Oleh karena itu, manusia harus mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya supaya dapat membatu dirinya dalam manjalankan tugas dan fungsinya di muka bumi ini. Salah satu dari tugas tersebut manusia harus bekerja, untuk menopang keberlanagsungan hidupnya.

 

Dalam masalah ini Allah SWT telah memberi perumpamaan tentang bekerja keras dan bekerja cerdas, aerta ikhlas yaitu bekerja dengan giat, sungguh-sungguh, selektif hanya terbatas pada hal-hal yang baik, menghasilkan sesuatu yang baik, berguna atau membawa kemaslahata, bagi dirinya, keluarga dan masyarakat dan bekerja dengan network yang sangat rapi, bersinergi, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Semua perumpamaan itu terdapat pada lebah.  QS. An Nahl;16:69. Firman Allh SWT,

 

ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٞ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ 

 

 kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkanAyat ini mengandung makna dan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu: Disiplin, Mandiri, Kreatif, Kerja Keras dan Tanggung Jawab. Setelah dilakukan Analisa tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam penelitian ini menyatakan bahwasannya terdapat kesesuaian antara nilai-nilai pendidikan karakter dalam Quran dengan kehidupan sekarang khususnya dalam nilai-nilai kedisiplinan, mandiri, kreatif, kerja keras dan tanggung jawab sangatlah relevan dan signifikan, untuk menghasilkan generasi zaman now ataupun generasi Z..

 

Dengan demikian, dalam dunia kerja harus menentukan beberapa prinsip misalnya bekerja dengan serius (keras), bekerja dengan lincah (cerdas), dan melakukan dengan suka dan rela untuk mencapai harapan dan cita-cita hidupnya (ikhlas). Diantara prinsip yang di maksud yaitu :

 

1.        Sungguh-Sungguh Dalam Bekerja

Seperti dalam pepatah (walaupun tidak selamanya benar) hasil tidak mengkhianati usaha/usaha tidak berkhianat atas hasil. Dalam bekerja, kita mestinya blajar dari seekor binatang (serangga) yaitu lebah, bagaimana lebah mengajari kita dalam bekerja! sungguh lebah telah bekerja   secara    perfect.   Disamping   itu Allah SWT sangat memperhitungkan waktu, karenanya jangan bermain-main dengan waktu, manfaatkan secara optimal sesuai kemampuan masing-maisng diantara kita. bahkan Allah SWT tidak main-main dengan menit-menit dan detik, semua pasti dalam hisab-Nya. Misalnya dalam perintah shalat, melakukan shalat sebelum masuk waktunya, maka shalatnya tidak sah,  dan juga puasa. Puasa kita akan batal jika kita sengaja mendahului buka puasa, walau hanya kurang satu menit.  Dalam shalat telah ada waktu yang ditetapkan (QS.an-Nisa’;4:103)  demikian juga diperintahkan  supaya segera bekerja mencari karunia Allah SWT setelah menunaikan shalat. QS. Al-Jumu’ah : 10 yaitu;

 

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

 

 Apaila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah karunia Allah serta mengingat Allah sebanyak mungkin, supaya beruntung”

 

Karena itu, maka dalam bekerja jangan selalu berorientasi pada hasil, dan jangan suka melihat hasil yang diperoleh oleh orang lain, karena hal ini akan melahirkan sikap malas dan tidak tahu menahu tentang usaha dan proses. padahal Allah SWT tidak melihat hasil, tetapi melihat apa yang kita usahakan. Tetapi sebagai hamba berakal, hasil dilihatnya hanya sebagai bahan evaluasi. Sebagaimana firman Allah SWT;

 

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ 

 

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An Najm;53:39)

 

Kalau mau jujur sesungguhnya segala sesuatu itu baik, tidak ada ruginya jika segala usahanya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan diniatkan karena Allah SWT. Misal, seseorang yang berusaha dagang karena Allah SWT, dia membawa dagangannya ke suatu tempat yang diperkirakan akan ada orang yang membutuhkannya. Baru niat berusaha saja dia sudah memperoleh satu poin pahala. Dilanjutkan dengan usaha membawa dagangannya satu poin pahala lagi. Apalagi bila ditambah dengan usaha sungguh-sungguh dengan mempelajari dan menerapkan ilmu-ilmu dagang, maka akan tambah poin pahala lagi. Perkara untung ruginya tinggal memasrahkan kepada Allah SWT pemberi rezeki. Permasalahannya kadangkala rasa gengsi dan malas. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain dalam kehidupan sehari-hari.

 

2.        Bekerja Secara Proporsional

Bekerja secara proporsional merupakan bagian dari setiap potensi yang Allah SWT titipkan kepada hambaNya, ada yang mampu di bidang pertanian, perniagaan, perusahaan dan lain-lain. Hal sangat relevan dengan penjelasan Allah SWT.

 

قُلْ يَاقَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ 

 

“Katakanlah (Wahai Rasul): "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui.” QS. Az Zumar;39:39

 

Allah SWT tidak akan menyusahkan hamba-hambanya baik yang fisiknya normal maupun tidak. Allah SWT memerintahkan hambanya bekerja sesuai dengan kondisi dan keahliannya masing-masing. Akan tetapi Allah SWT memberikan penghargaan kepada orang-orang yang mau bekerja, berusaha, berilmu (dengan usahanya) hingga membawanya pada profesionalisme tertentu.    QS. Mujadillah : 11

Dalam hal ini, masing-masing manusia punya spesifikasi keahlian untuk melakukan sesuatu di dunia ini, sebagai sarana penopang kehidupannya, sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, spesialisasi keahlian/pekerjaan memang sangat dibutuhkan. Fokus pada bidang tertentu akan memberikan nilai tambah pada kredibilitas seseorang. Nabi Muhammad SAW. mengingatkan, “Apabila kamu menyerahkan  suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”

 

3.        Membangun Kerjasama

Dalam dunia kerja harus mengedepankan pola kerjasama yang baik dengan pihak lain, karena itu merupakan Salah satu kunci keberhasilan yang diperoleh lebah yang lain diantaranya, dikarenakan network yang baik yang bersinergi. Network dapat dibangun melalui silaturahiim. Rasulullah SAW. bersabda :

“…silaturahim dapat membawa rezeki dan memanjangkan umur.”

Dewasa ini,  prinsip network dianggap sebagai kerja  cerdas yang banyak dibangun dan dikembangkan oleh pelaku-pelaku MLM (Multi Level Marketing). Khusus dalam hal ini memang ada MLM-MLM yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip nilai Islam, tetapi ada juga MLM-MLM yang tidak sesuai atau bertentangan, intinya selama dalam prenerapannya tidak ada yang dirugikan dan melangggar prinsip syariah, maka sah-sah saja.

 

4.        Memahami kerja Baik dan Buruk

Dalam persoalan mengetahui kerjaan baik dan tidak baik, mari kita mencoba merenungi kembali prinsip kerja lebah yang lainnya adalah tidak mencampur adukkan antara yang baik dengan yang buruk. Lebah hanya mengambil yang baik-baik saja. Dan menghasilkan suatu yang bermanfaat. Adalah suatu dosa mencampuradukan pekerjaan yang baik dengan yang buruk. QS. At-Taubah : 102

 

5.        Tidak Suka Mengusik

Jika kepingin cepat sukses dalam bekerja, maka jauhi sikap dan sifat iri, dendam dan sombong, seperti yang diterapkan oleh Lebah tidak mau mengganggu, tetapi akan bereaksi mempertahankan harga dirinya bila ada yang berani mengganggunya. Hal ini penggambaran betapa lebah mengetahui hak-hak dan kewajibannya.

Mari kita mengambil pelajaran dari lebah atas semua aspek kehidupan!

 

6.        Bekerja dengan ikhlas

Setiap manusia yang berkehidupan di duni ini pasti membutuhkan aktifitas dalam hidupnya, bahkan ada diantara manusia yang beraktifitas tidak mengenal waktu dan tempat, hanya ingin memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hal ini wajar dan sangat manusiawi, akan tetapi sebagai manusia muslim, seharusnya tidak menghabiskan waktunya hanya untuk beraktifitas, karena di dalam diri manusia ada hak-hak anggota tubuh yang harus dipenuhi. Misalnya, mata butuh istirahat (tidur) kaki utuh istirahat santai dan lainya. Karna itu mari kita posisikan diri kita dan seluruh anggota tubuhnya pada tempatnya dan lakukan sesuai dengan kodratnya. Wallahu a’lam bis shawab!

 

BEKERJA DALAM ISLAM BEKERJA DALAM ISLAM Reviewed by sangpencerah on Agustus 31, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: