MEMETIK HIKMAH DARI RITUAL IBADAH HAJI

 MEMETIK HIKMAH DARI RITUAL IBADAH HAJI
Oleh. Ust. Drs. H. Taufiq Burhani, M.Pd
(Anggota CMM 145)

 


 

 

Memperhatikan firman Allah SWT:

 

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (٢٧) لِّيَشْهَدُوا۟ مَنَٰفِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَٰمِ ۖ فَكُلُوا۟ مِنْهَا وَأَطْعِمُوا۟ ٱلْبَآئِسَ ٱلْفَقِيرَ(٢٨)


Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah (pada waktu memotong hewan kurban) pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS Al-Hajj 27-28)

 

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Sebagai upaya mengambil hikmah dari ibadah haji, kita tinjau prosesi ibadah umrah dan haji dan kita coba menggali hikmah yang bisa kita petik dari setiap aktifitas ibadah itu

Haji memiliki rukun dan wajib. Rukun haji yaitu ihram, wukuf, thawaf ifadhah, sai, dan bercukur tanda tahallul. Sementara wajib haji di antaranya: mabit di muzdalifah, lempar jumrah aqabah, mabit di Mina pada hari tasyriq, lempar tiga jumrah, jumrah ula, wustha dan aqobah.

Rukun haji yang pertama yaitu ihram. Jamaah haji memulai Ihram dengan mandi, mengenakan pakaian ihram, kemudian shalat sunnah dan berniat ihram dengan ucapan labbaika Allohumma umrotan (ihram untuk umrah) atau labbaika Allahumma hajjan (ihram haji). Ihram artinya pengharaman, yakni selama ihram ada larangan ihram yang tidak boleh dilanggar, seperti a.l: memotong rambut, memotong kuku, memakai wewangian, berburu/membunuh binatang, memotong tetumbuhan, berbantah, berkata dan berbuat rafas, menikah, menikahkan.

Lalu apa hikmah ihram? Untuk bisa memetik hikmah dari ritual ihram ini, ihram ini bisa kita tamsilkan sebagai miniatur hidup kita. Bahwa dalam hidup ini kita pada hakikatnya sedang menjalani ’ihram’. Ada rambu-rambu larangan Allah SWT yang kita harus waspada jangan sampai kita melanggarnya. Pelanggaran terhadap larangan Allah SWT itu akan menjadi dosa kita yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT di hari pembalasan.


وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ ٱللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُۥ ۚ

 

Dan barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat dzalim terhadap dirinya sendiri. (QS. Ath-Thalaq 65:1)


Rukun haji yang ke-2 adalah wukuf. Wukuf dilakukan dalam kondisi berihram, pada hari arafah mulai masuknya waktu dzuhur sampai tenggelamnya matahari, di padang arafah. Aktifitas yang dilakukan selama wukuf yaitu mengikuti khutbah wukuf, shalat dzuhur dan ashar dengan jama’ dan qasar, beristigfar, berdzikir, berdoa, membaca alquran sampai datangnya waktu maghrib. Kata wuquf artinya berhenti. Wukuf satu akar dengan kata waqaf.  Ini mengandung hikmah bahwa sebagai hamba Allah SWT hendaknya kita ”mewakafkan” diri kita kepada Allah SWT dengan ketundukkan, pengabdian dan jihad yang total di jalan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT di dalam alquran QS. Al-Baqarah 2: 207:

 

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ

                                                           

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

 

Mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah SWT berarti menyerahkan diri sepenuhnya untuk ketundukan mutlak kepada Allah SWT dan mengorbankan kepentingan dan harapan-harapan duniawinya.

Selesai wukuf, setelah matahari tenggelam, jamaah haji berbondong menuju Muzdalifah atau Masy’aril haram, mabit atau melewatkan malam disana. Muzdalifah merupakan lapangan terbuka tanpa atap, seperti firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah 2:198)

 

فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَٰتٍ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ عِندَ ٱلْمَشْعَرِ ٱلْحَرَامِ ۖ

 

 “…maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. .


Berkumpul di tempat terbuka tanpa atap, dalam kondisi sudah capek, bersama ribuan jamaah lain inilah mabit di Muzdalifah. Ada jamaah yang merasakan berat tapi ada pula yang merasakan ketenangan hati dalam dzikir dan munajat kepada Allah SWT. Mabit di Muzdalifah ini merupakan wajib haji. Mabit ini bisa diambil hikmahnya sebagai tamsil atau gambaran pengadilan di hadapan Allah SWT di padang mahsyar.

 

إِنَّ ٱللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ

 

Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat (QS. Al-Hajj 22: 17).


Setelah shalat subuh di muzdalifah, pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah bergerak menuju Mina untuk menetap di sana selama 3 atau 4 hari. Pada hari ini wajib haji yang harus dilakukan adalah lempar jumrah aqabah. Pada saat ini jamaah masih dalam kondisi berihram.

Lempar jumrah juga dilakukan lagi pada hari-hari berikutnya yaitu pada hari-hari tasyriq tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah, boleh juga dipercepat tanggal 11 dan 12 saja. Pada hari-hari tasyriq jamaah melempar tiga jumrah yaitu secara berurutan jumrah ula, wusta dan aqabah. Apa hikmah yang bisa kita petik? Lempar jumrah merupakan lambang penolakan terhadap syaitan. Berkali kali Allah SWT menegaskan di dalam alquran bahwa syaitan atau iblis dan keturunannya itu adalah musuh jangan sampai kita terbujuk oleh godaanya. Peringatan Allah SWT dalam QS. An-Nur24: 21:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.”

 

Rukun haji yang ke-3 adalah tawaf ifadhah. Tawaf ifadhah sudah dapat dilakukan setelah lempar jumrah aqabah di hari Idul Adha atau ditunda sampai selesai mabit dan lempar jumrah di Mina pada akhir hari tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah atau tanggal 12 Dzulhijjah.

Hikmah yang sangat penting dari ritual tawaf ini yaitu ketundukan mutlaq kepada Allah SWT. Ibadah yang berat karena beribu orang melakukan bersamaan itu kita tempuh juga karena ketundukan kepada Allah SWT. Mengapa ritual tawaf itu dilakukan seperti itu juga karena ketundukan kepada syariat Allah SWT semata. Hikmah yang kedua, tawaf itu bisa kita tamsilkan sebagai miniatur syariat yang harus kita patuhi dalam hidup kita. 7 kali putaran menggambarkan waktu yang terus menerus selama hidup kita karena bilangan 7 melambangkan semua hari-hari dalam hidup kita.

Selama hidup kita, haruslah kita berupaya menjunjung tinggi syariat Allah SWT. Oleh karena itu harus ada upaya kita terus menerus untuk meningkatkan kefahaman kita akan syariat agama Allah SWT itu sehingga kita tidak salah dan tidak lengah dalam menjalankannya.

Selesai thawaf, kegitan ibadah yang sunnah dilakukan yaitu shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Firman Allah SWT (QS.2: 125):

  

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ


Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".


Dengan shalat di belakang maqam Ibrahim kita mengambil hikmah, di antaranya untuk mengenang dan memperhatikan kesinambungan antara ajaran agama Nabi Muhammad SAW dengan agama Nabi Ibrahim a.s.. Firman Allah SWT


قُلْ إِنَّنِى هَدَىٰنِى رَبِّىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِّلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ


Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik" (QS Al-An'am.6: 161)

 

Rukun haji ke-4 adalah sa’i. Sa’i yaitu berjalan bolak-balik di antara bukit shafa dan bukit marwah sebanyak tujuh kali edaran. Kata sa’i artinya usaha.  Ini menggambarkan bahwa dalam hidup ini manusia harus berusaha secara terus menerus. Usaha menuju kepada kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

Rukun kelima adalah bercukur (memotong rambut) sebagai tanda tahallul, yaitu menghalalkan dari apa yang terlarang dalam ihram. Tahallul awal dilakukan setelah lempar jumrah aqabah di hari Idul Adha, sedang tahallul tsani setelah selesai semua rukun haji, yaitu selesai tawaf ifadhah dan sa’i. Dari tahallul kita bisa mengambil hikmah sebagai tamsil paripurnanya pekerjaan dengan sukses.  Segala urusan yang kita lakukan dan upayakan hendaknya kita lakukan dengan penuh kesungguhan. Dengan kesungguhan itulah kita berharap usaha kita memberikan hasil yang gemilang dan menjadi suatu kesuksesan. Kesuksesan baik dari nilainya sebagai amal shaleh, maupun dari sisi nilainya sebagai kepuasan yang diberikan kepada kita. Sukses yang memberikan keridhaan Allah SWT dan kepuasan diri.

Teriiring do’a semoga haji saudara-saudara kita tahun ini menjadi haji yang mabrur dalam kehidupan berikutnya. Aamien


MEMETIK HIKMAH DARI RITUAL IBADAH HAJI MEMETIK HIKMAH DARI RITUAL IBADAH HAJI Reviewed by sangpencerah on Agustus 24, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: