Memperhatikan firman Allah SWT:
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ
يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (٢٧) لِّيَشْهَدُوا۟ مَنَٰفِعَ لَهُمْ
وَيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم
مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَٰمِ ۖ فَكُلُوا۟ مِنْهَا وَأَطْعِمُوا۟ ٱلْبَآئِسَ ٱلْفَقِيرَ(٢٨)
Dan berserulah kepada
manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh.
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah (pada waktu memotong hewan kurban) pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah
untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS Al-Hajj 27-28)
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Sebagai upaya mengambil hikmah
dari ibadah haji, kita tinjau prosesi ibadah umrah dan haji dan kita coba
menggali hikmah yang bisa kita petik dari setiap aktifitas ibadah itu
Haji memiliki rukun dan wajib. Rukun haji yaitu ihram,
wukuf, thawaf ifadhah, sa’i, dan bercukur tanda tahallul. Sementara wajib haji di
antaranya: mabit di muzdalifah, lempar jumrah aqabah, mabit di Mina pada hari
tasyriq, lempar tiga jumrah, jumrah ula, wustha dan aqobah.
Rukun haji yang pertama yaitu ihram. Jamaah haji
memulai Ihram dengan mandi, mengenakan pakaian ihram, kemudian shalat sunnah
dan berniat ihram dengan ucapan labbaika Allohumma umrotan (ihram untuk
umrah) atau labbaika Allahumma hajjan (ihram haji). Ihram artinya
pengharaman, yakni selama ihram ada larangan ihram yang tidak boleh dilanggar, seperti
a.l: memotong rambut, memotong kuku, memakai wewangian, berburu/membunuh
binatang, memotong tetumbuhan, berbantah, berkata dan berbuat rafas, menikah,
menikahkan.
Lalu apa hikmah ihram? Untuk bisa memetik hikmah dari ritual ihram ini, ihram ini bisa kita
tamsilkan sebagai miniatur hidup kita. Bahwa dalam hidup ini kita pada
hakikatnya sedang menjalani ’ihram’. Ada rambu-rambu larangan Allah SWT yang
kita harus waspada jangan sampai kita melanggarnya. Pelanggaran terhadap
larangan Allah SWT itu akan menjadi dosa kita yang harus kita
pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT di hari pembalasan.
وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ ٱللَّهِ فَقَدْ
ظَلَمَ نَفْسَهُۥ ۚ
Dan barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat dzalim terhadap dirinya sendiri. (QS. Ath-Thalaq 65:1)
Rukun haji yang ke-2 adalah wukuf. Wukuf dilakukan
dalam kondisi berihram, pada hari arafah mulai masuknya waktu dzuhur sampai tenggelamnya matahari, di padang arafah. Aktifitas yang
dilakukan selama wukuf yaitu mengikuti khutbah wukuf, shalat dzuhur dan ashar dengan jama’ dan qasar, beristigfar, berdzikir, berdoa, membaca alquran sampai datangnya waktu maghrib. Kata wuquf artinya berhenti. Wukuf
satu akar dengan kata waqaf. Ini mengandung hikmah bahwa sebagai hamba
Allah SWT hendaknya kita ”mewakafkan” diri kita kepada Allah SWT dengan
ketundukkan, pengabdian dan jihad yang total di jalan Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT di dalam alquran QS. Al-Baqarah 2: 207:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ
مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah SWT berarti
menyerahkan diri sepenuhnya untuk ketundukan mutlak kepada Allah SWT dan
mengorbankan kepentingan dan harapan-harapan duniawinya.
Selesai wukuf, setelah matahari tenggelam, jamaah haji berbondong menuju
Muzdalifah atau Masy’aril haram, mabit atau melewatkan malam disana.
Muzdalifah merupakan lapangan terbuka tanpa atap, seperti firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah 2:198)
فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَٰتٍ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ عِندَ ٱلْمَشْعَرِ
ٱلْحَرَامِ ۖ
“…maka apabila kamu telah
bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. .
Berkumpul di tempat terbuka tanpa atap, dalam kondisi sudah capek,
bersama ribuan jamaah lain inilah mabit di Muzdalifah. Ada jamaah yang
merasakan berat tapi ada pula yang merasakan ketenangan hati dalam dzikir dan munajat
kepada Allah SWT. Mabit di Muzdalifah ini merupakan wajib haji. Mabit ini bisa
diambil hikmahnya sebagai tamsil atau gambaran pengadilan di hadapan Allah SWT di
padang mahsyar.
إِنَّ ٱللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ
Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada
hari kiamat (QS. Al-Hajj 22: 17).
Setelah shalat subuh di muzdalifah, pada tanggal 10
Dzulhijjah, jamaah bergerak menuju Mina untuk menetap di sana selama 3 atau 4 hari.
Pada hari ini wajib haji yang harus dilakukan adalah lempar jumrah aqabah.
Pada saat ini jamaah masih dalam kondisi berihram.
Lempar jumrah juga dilakukan lagi pada hari-hari berikutnya yaitu
pada hari-hari tasyriq tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah, boleh juga dipercepat
tanggal 11 dan 12 saja. Pada hari-hari tasyriq jamaah melempar tiga jumrah
yaitu secara berurutan jumrah ula, wusta dan aqabah. Apa hikmah yang
bisa kita petik? Lempar jumrah merupakan lambang penolakan terhadap syaitan.
Berkali kali Allah SWT menegaskan di dalam alquran bahwa syaitan atau iblis dan
keturunannya itu adalah musuh jangan sampai kita terbujuk oleh godaanya.
Peringatan Allah SWT dalam QS. An-Nur24: 21:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ
ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka
Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar.”
Rukun haji yang ke-3
adalah tawaf ifadhah. Tawaf ifadhah sudah dapat dilakukan setelah
lempar jumrah aqabah di hari Idul Adha atau ditunda sampai selesai mabit dan
lempar jumrah di Mina pada akhir hari tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah atau tanggal
12 Dzulhijjah.
Hikmah yang sangat penting
dari ritual tawaf ini yaitu ketundukan mutlaq kepada Allah SWT. Ibadah yang
berat karena beribu orang melakukan bersamaan itu kita tempuh juga karena
ketundukan kepada Allah SWT. Mengapa ritual tawaf itu dilakukan seperti itu
juga karena ketundukan kepada syariat Allah SWT semata. Hikmah yang kedua,
tawaf itu bisa kita tamsilkan sebagai miniatur syariat yang harus kita patuhi
dalam hidup kita. 7 kali putaran menggambarkan waktu yang terus menerus selama
hidup kita karena bilangan 7 melambangkan semua hari-hari dalam hidup kita.
Selama hidup kita, haruslah
kita berupaya menjunjung tinggi syariat Allah SWT. Oleh karena itu harus ada
upaya kita terus menerus untuk meningkatkan kefahaman kita akan syariat agama
Allah SWT itu sehingga kita tidak salah dan tidak lengah dalam menjalankannya.
Selesai thawaf, kegitan ibadah
yang sunnah dilakukan yaitu shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Firman
Allah SWT (QS.2: 125):
وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً
لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ
وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ
لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ
“Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan
rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan
Jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
Dengan shalat di belakang maqam Ibrahim kita mengambil hikmah, di
antaranya untuk mengenang dan memperhatikan kesinambungan antara ajaran agama
Nabi Muhammad SAW dengan agama Nabi Ibrahim a.s.. Firman Allah SWT
قُلْ إِنَّنِى هَدَىٰنِى رَبِّىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ دِينًا
قِيَمًا مِّلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik" (QS Al-An'am.6: 161)
Rukun haji ke-4 adalah sa’i.
Sa’i yaitu berjalan bolak-balik di antara bukit shafa dan bukit marwah
sebanyak tujuh kali edaran. Kata sa’i artinya usaha. Ini menggambarkan bahwa dalam hidup ini manusia
harus berusaha secara terus menerus. Usaha menuju kepada kesuksesan hidup di
dunia dan akhirat.
Rukun kelima adalah bercukur (memotong rambut) sebagai
tanda tahallul, yaitu menghalalkan dari apa yang terlarang dalam ihram. Tahallul
awal dilakukan setelah lempar jumrah aqabah di hari Idul Adha, sedang tahallul
tsani setelah selesai semua rukun haji, yaitu selesai tawaf ifadhah dan
sa’i. Dari tahallul kita bisa mengambil hikmah sebagai tamsil paripurnanya
pekerjaan dengan sukses. Segala urusan
yang kita lakukan dan upayakan hendaknya kita lakukan dengan penuh kesungguhan.
Dengan kesungguhan itulah kita berharap usaha kita memberikan hasil yang
gemilang dan menjadi suatu kesuksesan. Kesuksesan baik dari nilainya sebagai
amal shaleh, maupun dari sisi nilainya sebagai kepuasan yang diberikan kepada
kita. Sukses yang memberikan keridhaan Allah SWT dan kepuasan diri.
Teriiring do’a semoga haji
saudara-saudara kita tahun ini menjadi haji yang mabrur dalam kehidupan
berikutnya. Aamien

Tidak ada komentar: