BUKAN TENTANG NAMA, TAPI TENTANG PERAN

 BUKAN TENTANG NAMA, TAPI TENTANG PERAN
Oleh. Angga Adi Prasetya, S.Pd
Guru SD Muhammadiyah 1 Malang 




Kita hidup di zaman yang berlomba-lomba membutuhkan sebuah pengakuan dan nama, tak peduli peran apa yang sudah kita persembahkan dan kebermanfaatan apa yang sudah kita berikan untuk umat Islam, lalu teringat seorang guru memberikan nasehat dengan hikmat di sebuah majelis ilmu "sebab yang Allah inginkan adalah sebuah peran, bukan sebuah nama". Nasehat singkat tetapi langsung menancap ke relung hati.

 

Tersadar terdapat kisah inspiratif di dalam surat Al Quran yang mengisahkan seorang anak muda namun sangat mempesona dalam dakwahnya. Lewat prinsip dan perilakunya, ia mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.Kisahnya tersirat hadir dalam ayat Al-Buruj. Kisah ini disebutkan dalam firman Allah SWT ,

  

 وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلۡبُرُوجِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡمَوۡعُودِ وَشَاهِدٖ وَمَشۡهُودٖ قُتِلَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡأُخۡدُودِ ٱلنَّارِ ذَاتِ ٱلۡوَقُودِ إِذۡ هُمۡ عَلَيۡهَا قُعُودٞ وَهُمۡ عَلَىٰ مَا يَفۡعَلُونَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ شُهُودٞ وَمَا نَقَمُواْ مِنۡهُمۡ إِلَّآ أَن يُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ ٱلَّذِي لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ 


“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).

 

Dia seorang anak belia yang memilih untuk memeluk prinsip ketauhidan walau dijadikan buronan daripada menjadi kader penerus kedzaliman penyihir walau ditawari fasilitas kerajaan. Pilihan hati yang murni. Pernahkah kita mendengarkan kisahnya? Kita bisa menemukannya dalam riwayat tentang Ashabul Ukhdud. Ia akan berikan kita sebuah pencerahan megah. kisah inspiratif pemuda hebat dalam bentangan Al Buruj. Sebab sang anak mengajarkan kita untuk memaknai kematian. Kematian bukan sebuah akhir, justru ia menyulapnya menjadi inspirasi keimanan bagi setiap insan.

 

Ketika dia selamat dari semua usaha pembunuhan yang dilakukan si raja yang bengis, hingga sang raja kebingungan bagaimana membinasakan pemuda ini, ia memberi jawaban kepada sang raja bagaimana cara membunuhnya;

 

فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِى حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ. قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِى عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِى ثُمَّ ضَعِ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ

 

Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.

 

Akhirnya, Sang anak memang mati. Namun dalam sekejap rakyat yang melihat kematiannya menjadi beriman pada Allah Subhanallah Wa Ta'ala.


فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ.


Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut

 

Kematiannya menginspirasi, hikmahnya dari anak belia yang cerdas nan inspiratif ini kita belajar. Bahwa tiada ketakutan kecuali pada Allah SWT semata, dan tiada daya upaya selain sekehendak-Nya. Namanya tak dikenal. 

Anak ini bukan saja menginspirasi. Ia abadi dalam lembar Qur'ani.

 

Maka hikmah selanjutnya; tak penting siapa namamu. Yang dilihat-Nya adalah peran kita untuk kemaslahatan umat. Allah SWT kabarkan kepada manusia melalui firman-firman-Nya bukan membanggakan gelar dan sebuah nama, Allah SWT mengukir peran kita sebagai manusia, sudahkah kita bermanfaat untuk orang lain serta Allah SWT akan mengabadikan kontribusi, siapapun pelakunya.Jikapun Allah SWT takdirkan nama kita dikenang, itu semata-mata atas karunia-Nya.

 

Selamat menjalani peran, urusan balasan serahkan kepada sang Maharaja.Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam firman-Nya menitipkan pesan indah:

 

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَا لْمُؤْمِنُوْنَ ۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ 

 

"Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah 9: Ayat 105)

 

Semoga Allah Azza Wa Jalla melindungi hati kita dari getar hati yang salah, dari irama nafsu yang mengosongkan makna amal, serta keinginan dipuji dengan kata-kata dan sambut meriah dari manusia.

Allahu'alam bishowwab





BUKAN TENTANG NAMA, TAPI TENTANG PERAN  BUKAN TENTANG NAMA, TAPI TENTANG PERAN Reviewed by sangpencerah on Oktober 18, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: