Kita hidup di zaman yang berlomba-lomba membutuhkan sebuah
pengakuan dan nama, tak peduli peran apa yang sudah kita persembahkan dan
kebermanfaatan apa yang sudah kita berikan untuk umat Islam, lalu teringat
seorang guru memberikan nasehat dengan hikmat di sebuah majelis ilmu "sebab
yang Allah inginkan adalah sebuah peran, bukan sebuah nama". Nasehat
singkat tetapi langsung menancap ke relung hati.
Tersadar terdapat kisah inspiratif di dalam surat Al Quran yang
mengisahkan seorang anak muda namun sangat mempesona dalam dakwahnya. Lewat
prinsip dan perilakunya, ia mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk
orang lain.Kisahnya tersirat hadir dalam ayat Al-Buruj. Kisah ini disebutkan
dalam firman Allah SWT ,
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang
dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah
orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka
perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa
orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan
bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).
Dia seorang anak belia yang memilih untuk memeluk prinsip
ketauhidan walau dijadikan buronan daripada menjadi kader penerus kedzaliman
penyihir walau ditawari fasilitas kerajaan. Pilihan hati yang murni. Pernahkah
kita mendengarkan kisahnya? Kita bisa menemukannya dalam riwayat tentang
Ashabul Ukhdud. Ia akan berikan kita sebuah pencerahan megah. kisah inspiratif
pemuda hebat dalam bentangan Al Buruj. Sebab sang anak mengajarkan kita untuk
memaknai kematian. Kematian bukan sebuah akhir, justru ia menyulapnya menjadi inspirasi
keimanan bagi setiap insan.
Ketika dia selamat dari semua usaha pembunuhan yang dilakukan si
raja yang bengis, hingga sang raja kebingungan bagaimana membinasakan pemuda
ini, ia memberi jawaban kepada sang raja bagaimana cara membunuhnya;
فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِى حَتَّى تَفْعَلَ مَا
آمُرُكَ بِهِ. قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِى
عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِى ثُمَّ ضَعِ السَّهْمَ فِى كَبِدِ
الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ
Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuhku sampai
engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut
berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas
sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu
ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan
dari pemuda ini.
Akhirnya, Sang anak memang mati. Namun dalam sekejap rakyat yang
melihat kematiannya menjadi beriman pada Allah Subhanallah Wa Ta'ala.
فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا
بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ.
Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada
Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut
Kematiannya menginspirasi, hikmahnya dari anak belia yang cerdas
nan inspiratif ini kita belajar. Bahwa tiada ketakutan kecuali pada Allah SWT
semata, dan tiada daya upaya selain sekehendak-Nya. Namanya tak dikenal.
Anak ini bukan saja menginspirasi. Ia abadi dalam lembar
Qur'ani.
Maka hikmah selanjutnya; tak penting siapa namamu. Yang
dilihat-Nya adalah peran kita untuk kemaslahatan umat. Allah SWT kabarkan
kepada manusia melalui firman-firman-Nya bukan membanggakan gelar dan sebuah
nama, Allah SWT mengukir peran kita sebagai manusia, sudahkah kita bermanfaat
untuk orang lain serta Allah SWT akan mengabadikan kontribusi, siapapun
pelakunya.Jikapun Allah SWT takdirkan nama kita dikenang, itu semata-mata atas
karunia-Nya.
Selamat menjalani peran, urusan balasan serahkan kepada sang
Maharaja.Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam firman-Nya menitipkan pesan indah:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَا لْمُؤْمِنُوْنَ ۗ وَسَتُرَدُّوْنَ
اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
"Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan
melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah 9: Ayat 105)
Semoga Allah Azza Wa Jalla melindungi hati kita dari getar hati
yang salah, dari irama nafsu yang mengosongkan makna amal, serta keinginan
dipuji dengan kata-kata dan sambut meriah dari manusia.
Allahu'alam bishowwab

Tidak ada komentar: