TENANG, AMAN, BERAT-RINGAN DENGAN AMANAH

 TENANG, AMAN, BERAT-RINGAN DENGAN AMANAH
Oleh. Marsudi Iman
(staff redaksi SM)

 


 

Memperhatikan firman Allah SWT

إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَها وَأَشۡفَقۡنَ مِنْها وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ ظَلُومً۬ا جَهُولاً۬


Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS. al-Ahzab;33:72)

 

Definisi Amanah

Kata Amanah secara etimologis berasal dari bahasa Arab amina – ya`manu – amanatan yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Ada tiga kata serupa yang semuanya dibentuk dari huruf alif, mim dan nun yaitu amanamanah dan iman. Ketiganya memiliki hubungan yang erat, yaitu menunjukkan kepada ketenangan atau tuma’ninah. Amanah menunjukkan pada kepercayaan, dan kepercayaan adalah ketenangan, sedang aman adalah hilangnya rasa takut. Ini juga berarti ketenangan. Kemudian iman bermakna pembenaran dan ketetapan (iqrar) serta amal perbuatan, yang di dalamnya terdapat pula ketenangan.

Secara terminologis, menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya. Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya.

 

Yunahar Ilyas mengkategorikan pengertian amanah menjadi dua. Pertama, amanah dalam pengertian sempit; yaitu memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Kedua, amanah dalam pengertian luas yang mencakup banyak hal, antara lain: menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga diri sendiri, menunaikan tugas-tugas yang diberikan dan sebagainya. Tugas-tugas yang dibebankan Allah SWT kepada manusia disebut sebagai amanah taklif.

Amanah taklif adalah amanah terbesar yang harus dipikul manusia, sementara makhluk lain menolaknya.

 

Imam al-Ghazali menyampaikan Dalam suatu dialog dengan murid-muridnya, bahwa yang terdekat dengan diri kita adalah kematian, yang terjauh adalah masa lalu, yang terbesar adalah hawa nafsu, sedangkan yang terberat dalam hidup adalah memikul amanah. Betapapun beratnya, amanat akan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh orang yang beriman dengan iman yang benar. Antara iman dengan amanah memang terdapat hubungan yang erat. Bisa dikatakan bahwa amanah merupakan konsekuensi logis dari iman. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ

Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama seseorang yang tidak menunaikan janji (HR Imam Ahmad bin Hambal).

 

Varian makna Amanah

Secara garis besar amanah terbagi menjadi tiga bagian:

 1. Menunaikan Hak-hak Allah SWT

Prilaku Amanah ini dilakukan antara lain dengan cara mengesakan Allah di dalam beribadah, mengerjakan apa yang diperintahkanNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Semuanya semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Ini merupakan amanah terbesar yang wajib dilaksanakan oleh setiap hamba pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dari amanah ini akan muncul seluruh bentuk amanah yang lain.

2.  Bentuk Nikmat dari Allah SWT

Setiap Manusia dikaruniai Allah banyak sekali kenikmatan. Begitu banyaknya nikmat tersebut sehingga jika manusia berusaha menghitungnya maka niscaya tidak akan mampu melakukannya. Contoh nikmat tersebut antara lain: nikmat pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Allah berfirman:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl;16:78)

 

 

Menunaikan amanah sesuai ayat di atas bisa dtunaikan dengan cara mensyukuri nikmat tersebut. Realisasi syukur yang terbaik adalah mengetahui dan mengakui bahwa semua nikmat tersebut adalah karunia Allah SWT. Selanjutnya sebagai bukti kesyukuran, seseorang harus menggunakan nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya untuk mengabdi kepada Allah SWT dan melakukan apa saja dengan nikmat tersebut demi kemaslahatan umat manusia. Jadi, melaksanakan amanah nikmat Allah ini dilakukan dengan cara menggunakan nikmat tersebut untuk senantiasa menuju ketaqwaan diri.

Bagi para penjaga amanah/Orang yang selalu menjaga amanah pada nikmat Allah maka akan mendapatkan imbalan berupa pemenuhan janji Allah bagi orang tersebut. Allah berfirman;

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ


Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku (Allah) yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk) [QS. al-Baqarah;2: 40)

 

3. Menunaikan Hak Sesama Manusia

Pada Jenis amanah ini mencakup upaya memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula, menjaga rahasia dan tidak menyalahgunakan kedudukan atau jabatan.

Jika seorang muslim dititipi sesuatu oleh orang lain, seperti dititipi mobil karena orang tersebut akan bepergian jauh dan lama, maka ia akan memelihara dan menjaganya dengan baik serta mengembalikannya saat pemiliknya pulang dalam keadaan utuh seperti semula. Dalam hal ini Allah berfirman;

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. an-Nisa’;4:58)

 

Masalah amanah menjaga rahasia, seperti rahasia person, keluarga, tempat bekerja, organisasi terlebih lagi rahasia negara, seorang muslim wajib menjaga sekuat tenaga sehingga rahasia tersebut tidak diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berhak mengetahuinya. Contoh amanah jenis ini digambarkan dalam Hadits Rasulullah SAW sebagai berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِالْحَدِيثِ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ

Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain (sambil) menoleh kanan kiri (karena yang dibicarakannya itu rahasia) maka itulah amanah (yang harus dijaga) [HR. Abu Dawud]

 

Pada hadits yang lain, Rasulullah SAW menjelaskan wajibnya menjaga kerahasiaan hasil rapat atau pertemuan:

الْمَجَالِسُ بِالْأَمَانَةِ إِلَّا ثَلَاثَةَ مَجَالِسَ سَفْكُ دَمٍ حَرَامٍ أَوْ فَرْجٌ حَرَامٌ أَوْ اقْتِطَاعُ مَالٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

Majelis pertemuan itu harus dilandasi sifat amanah, kecuali pada tiga majelis, yaitu: di tempat pertumpahan darah yang dilarang, di tempat perzinaan dan perampokan. (HR. Abu Dawud)

 

Bagaimana dengan pmaksud penjagaan? terkait dengan menjaga amanah jabatan, seorang muslim dituntut untuk senantiasa menjalankan kewajiban dan tugas jabatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada. Ia dilarang keras menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi, keluarga maupun golongannya. Contoh perbuatan yang tidak amanah dengan cara menyalahgunakan jabatan adalah mengangkat orang-orang yang tidak mampu untuk memangku jabatan tertentu. Orang-orang itu diangkat hanya karena mempunyai kedekatan kekeluargaan maupun kedekatan organisasi. Langkah seperti ini dikenal dengan istilah nepotisme. Rasulullah SAW bersabda:

من استعمل رجلا من عصابة و في تلك العصابة من هو أرضى لله منه فقد خان الله و خان رسوله و خان المؤمنين

Barangsiapa mengangkat seseorang untuk suatu jabatan karena ada tali kekeluargaan, padahal ada orang yang lebih disukai Allah daripadanya, maka sesungguhnya ia telah mengkhianati Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman(HR. Hakim)

 

Termasuk Bentuk mengkhianati jabatan yang banyak dilakukan juga saat ini adalah menerima hadiah, komisi maupun gratifikasi. Tentang larangan menerima hadiah, komisi dan gratifikasi diisyaratkan dalam hadits Nabi berikut:

مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَرَزَقْنَاهُ رِزْقًا فَمَا أَخَذَ بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ غُلُولٌ

Barangsiapa yang kami angkat menjadi pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang ia ambil lebih dari upah yang semestinya tersebut termasuk barang hasil korupsi. (HR.Abu Daud)

 

Sikap Khianat/Lawan dari Amanah

Antonim dari amanah adalah khianat. Sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT terlebih berkhianat terhadapNya dan RasulNya. Allah SWT berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. al-Anfal;8: 27)

 

begitu dahsyatnya larangan berkhianat, sehingga kepada pengkhianatpun dilarang untuk membalas pengkhianatannya. Rasulullah SAW bersabda:

أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

Tunaikanlah amanah terhadap orang yang memberi amanah padamu dan janganlah berkhianat terhadap orang yang telah mengkhianatimu (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

 

Sebagai pembahasan akhir dari tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa pemberi amanah akan merasa tenang dan aman jika apa yang dititipkan disampaikan sesuai dengan pesan yang diberikan kepada penerima amanah tersebut. Demikian juga halnya dengan penerima amanah, jika tiiipan yang diembannya segera tersampaikan kepada yang berhak menerima titipan tersebut sesuai keinginan yang pemberi amanah. Sehigga keduanya sama-sama tenang dan nyaman dalam hidupnya, tanpa ada beban (berat-menjadi ringan) dan kegelisahan (aman dan nyaman) dirinya. Dengan demikian maka tidak ada dusta dan pengkhianatan diantara kita semua.




TENANG, AMAN, BERAT-RINGAN DENGAN AMANAH  TENANG, AMAN, BERAT-RINGAN DENGAN AMANAH Reviewed by sangpencerah on Oktober 27, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: