Oleh. Najih Prasetyo MH,
(Sekjen Pimpinan Pusat (PP)
Pemuda Muhammadiyah)
Generasi milenial (Millenial
Generation) adalah generasi yang muncul dipermukaan bumi di dunia ini dalam
rentang waktu tahun 1980an – 2000an dan saat ini generasi ini terbukti menjadi
populasi terbesar dunia. Dengan jumlah yang besar inilah, generasi millenial
dinilai berpotensi melahirkan berbagai bentuk karakteristik yang unik
dibandingkan generasi sebelumnya. Mengutip penjelasan Glints, setidaknya ada 7
karakter yang melekat pada generasi millenial yaitu; mudah beradaptasi, melek
teknologi, berorientasi pada pencapaian, butuh perhatian, megeneration,
berpikiran terbuka dan mudah bosan. Dalam bahasa gaulnya generasi millenial
sering dikenal dengan generasi zoomers/Gen Z. Lalu bagaimana kita mempersiapkan
generasi ini ke depannya?
Mengawali tulisan ini dengan sebuah
pertanyaan ringan, siapa musuh atau saingan terbesar Gen Z untuk meraih
cita-cita dan profesi yang mereka harapkan, “5 atau 10 tahun ke depan? rival
kita bukan lagi teman-teman terdekat ataupun se-kelas, se-Kampus, se-kampung atau se-wilayah saja, tapi
se-dunia yaitu aplikasi dari
berbagai macam profesi. Kita sebagai
manusia yang berakal, berbicara dan bergerak (al-Hayawan al-An-Nathiq wa al-Harakah)
serta bercita-cita menggeluti beraneka ragam profesi dalam kehidupan ini
untuk memenuhi kebutuhan dan harapannya,
ada yang berprofesi sebagai Ustadz, Kyai, Romo, tokoh masyarakat,
Dokter, Polisi, Arsitektur, Petani, Nelayan, Pedagang, Advokat dan masyarakat
sipil dan lainnya, dan semuanya akan menghadapi apa yang namanya teknologi,
contoh seorang guru saingannya adalah aplikasi ruang guru,dan profesi lainnya
sesuai dengan bidang masing-masing,” hal ini sudah tidak bisa lagi dielakan, karena
disamping menjamurnya berbagai aplikasi, situs
dan lainnya juga sebagai kebutuhan dalam menjalankan profesinya, kenapa,
supaya tidak ketinggalan dan tergelas oleh arus zaman.
Sebagai seorang muslim tentu
harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan perekembangan ilmu engetahuan
dan teknologi, dimanapun dan kapanpun. memiliki beberapa solusi agar sebagai
penerus bangsa, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh generasi muda saat
ini dan ke depan untuk menggapai dan menjawab persoalan zaman, diantaranya:
Secara mental, moral dan akhlaq,
generasi harus dibekali dengan ilmu pengetahuan yang mumpuni dan siap menjawab
tantangan zaman serta dapat bersaing dengan proporsional. Dari ilmu itulah
mereka akan dapat menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan yang dihadapi
baik perkembangan teknologi maupun fasilitas kehidupan, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah mempersiapkan diri dengan bekal ajaran agama sebagai benteng
dari berbagai kekuatan arus dari berbagai penjuru. Karena agama merupakan pondasi utama dalam menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan hidup yang akan dihadapinya. Sebagai langah awal untuk dipersiapkan
minimal ada 3 hal penting yaitu;
1. Kreativitas dan inovasi
teknologi
“para generasi millenial ke
depan harus memiliki gaya hidup yang dapat bersaing, yaitu memiliki kreativitas
dan inovasi, 10 tahun kedepan, dan jika tidak maka dia akan menjadi seorang
pengangguran meskipun mereka memiliki IPK-nya 4,00,” saat masih jadi mahasiswa.
Mengapa demikian, Karena dunia digital
saat ini, bukan lagi bisa diukur dengan angka, melainkan oleh pikiran kritis
untuk inovasi. Misalnya; Ketika bekerja, jarang sekali saat interview
mempertanyakan berapa nilai akhir pelamar, tapi mereka selalu mempertanyakan
apa pengalaman, pengalaman dan kemampuan yang tentunya disesuaikan dengan
teknologi. tetapi yang perlu
diingat juga, bukan berarti gelar akademik tidak penting, tapi harus diimbangi
dengan fasilitas perkembngan zaman.
2. Memiliki mental intelektualitas yang tinggi
Kunci yang kedua agar menjadi sukses yaitu memiliki
mental intelektualitas yang tinggi. Percuma
jika seorang hanya mengandalkan IPK bagus, tapi tidak memiliki kecerdasan intelektualitas. Jika tidak bisa meyesuaikan diri dengan
situasi dan perkembangan zaman “para generasi millenial seperti itu akan jadi pengangguran. Intelektual
tidak berhubungan dengan angka, tapi bagaimana memiliki cara berpikir dan keinginan untuk mampu menjadi seorang problem solver di masyarakat”
untuk menjawab
tantangan itu, para generasi harus akrab dengan buku atau pengembangan literasi
supaya banyak mendapatkan informasi tentang dunia.
Sebagaimana hasil penelitian UNESCO yang menempatkan Indonesia
menjadi negara nomor 60 dari 61 negara yang diteliti sebagai negara yang cinta
terhadap buku atau terhadap literasi. Dengan data tersebut, ia mengungkapkan
salah satu ciri seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual
adalah mampu membaca dan menulis dengan baik.
Tapi sangat disayangkan sekali,
Indonesia yang berada pada urutan kedua terbawah, bisa dibilang bahwa
masyarakatnya sering menerima informasi yang belum jelas faktanya kemudian kita
memilih untuk membagikan informasi tersebut dan membuat rentan hoax atau berita
palsu.
“Ada seorang
tokoh pahlawan bangsa yang pertama kali terkenal dia seorang wartawan. Dia
pernah hidup di sekitaran jawa timur. Namanya Minke, tokoh yang diperankan
Iqbal Ramadhan. Ia mengatakan bahwa jika kita ingin menjadi orang yang mampu
merubah bangsa, maka harus menggunakan tulisan,” dikutip
dari film Bumi Manusia.
Selain dari film itu,
juga memberikann motivasi kepada para generasi millenial tentang inovasi anak muda yang memiliki inovasi
melalui teknologi. Seperti menteri pendidikan Indonesia, contoh sederhananya, anak bangsa yang
menguasai teknologi, saat ini menjadi menteri Kemenristek Nadiem Makarim. Ia hanya mengenyam pendidikan hingga
SD di Indonesia, SMP, SMA, hingga kuliah di luar negeri. Namun ia dipilih
menjadi menteri yang seharusnya dia tidak memahami konstruksi pendidikan di
Indonesia.
“Karena Nadiem Makarim memiliki karya dimana dia bisa
mengintegrasikan kebutuhan masyarakat dengan dunia teknologi saat ini berupa
Go-jek. Lalu ada Belva Devara yang juga lulusan luar dengan karya ruang gurunya
dan masih banyak lagi,”.
contoh di atas bagian kecil dari generasi yang berinovasi dengan teknologi saat itu, maka dari itu jika ingin menguasai dunia maka konsepnya harus cerdas secara intelektual yang tinggi akan mampu menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada di Indonesia, khususya
perkembangan teknologi.
3. Ideologi atau Idealisme
Idealisme menjadi keharusan bagi
para generasi millenial, bukan pragmatisme, karena saat ini hal ini tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa para
generasi millenial dikatakan sebagai
sosok yang sedikit kehilangan identitas bangsa kita. Bisa jadi, hal tersebut
juga dikarenakan dampak teknologi yang digunakannya.
Oleh sebab itulah sangat baik untuk sedikit flashback mengenai yang
terjadi pemilu kemarin di mana perbedaan pilihan politik membuat bangsa hampir
terpecah. Padahal, jika kita mundur lebih jauh lagi dimana Kartosuwiryo sebagai
tokoh Islam dan Semaoen sebagai tokoh PKI, mereka bekerja sama tanpa adanya
pertikaian. Dan tidak juga berbicara keburukan satu sama lain, bahkan
tidak pernah bicara surga dan neraka.
“Saat itu, mereka semua memiliki ideologi dan
keinginan yang sama yakni memerdekakan bangsa Indonesia. Berbeda dengan
sekarang, perbedaan pilihan politik saja bisa memecah belahkan bangsa. Ini
membuktikan bahwa kita semua sudah lupa mengenai landasan ideologi yang
sebenarnya harus kita miliki,” terangnya.
Tips generasi kreatif, inovatif, intelektual, dan idealis
“Salah satu cara untuk mengasah dan mengembangkan diri, berpola pikir positif dan
kreatifitas hidupnya adalah dengan
mengikuti organisasi.
Karena hasil dari meja perkuliahan tidak cukup untuk menjadi generasi
millenial. Benar kata orang, jika mereka adalah introvert, maka saya juga mengatakan
bahwa di organisasi adalah tempatmu menyelesaikan permasalahan psikologis
tersebut. Jadi ilmu
pengetahuan dapat dicapai dari dua arah yaitu beajar secara akademik dan
pengalaman secara empirik.
Dalam kehidupn berorganisasi, para
generasi millenial akan menghadapi masalah yang tidak mereka duga sebelumnya, mereka
akan secara otomatis berpikir secara kreatif dan inovatif. para generasi
millenial yang aktif di organisasi juga akan belajar menurunkan sebuah bahasa
dari langit ke bumi. Sementara jika hidup di tengah masyarakat sosial, ikutilah
beberapa perkumpulan yang ada di masyarakat, misalnya karang taruna, RT, RW dan
lainnya. Akan tetapi juga perlu diingat hidup di tengah masyarakat sipil, harus
pandai menyesuaikan diri dengan mereka, baik secara bahasa, sikap dan tutur
kata, artinya kita tetap berada di atas koridor etika dan akhlaq
Islam, karena akhlaq Islam tidak akan bergeser sekalipun zamannya berubah.
Karena berprilaku sesuai yang
dihadapi dapat memudahkan mereka
paham apa yang dimaksud
dari perkataan kita. Dan secara tidak langsung, hal ini bisa meningkatkan intelektual dirinya. Selain itu, mahasiswa juga akan mendapatkan banyak jejaring dan
bisa bersosialisasi dengan masyarakat.
Inilah sedikit ulasan terkait
mempersipakan generasi emas di masanya.
Sebagai kata penutup mengutip
firman Allah SWT;
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ
ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟
قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” QS. an-Nisa’;4;9.
Al-Imam an-Nawawi menjelaskan
kelemahan yang harus dihindari yaitu
kelemahan, iman/agama, ekonomi/kesejahteraan, ilmu pengetahuan/agama dan umum,
dan kelemahan akhlaq al-karimah. Jika 4 kelemehanan ini dapat dihindari berarti generasi
millenial akan mampu bersaing di zamannya.
Tidak ada komentar: