BLUE PRINT KURIKULUM NABI IBRAHIM AS.

 BLUE PRINT KURIKULUM NABI IBRAHIM AS.
Oleh. Ust. Akhmad Fakhrur Rouzi, SH.I, SH, M.Pd.I
(Guru SMP AM3 dan CMM No. 150 Kota Malang)



Idul Adha selalu identik dengan haji, penyembelihan hewan qurban dan pembagian daging, benarkah? Jawabannya benar, tapi bukan hanya itu saja yang tergambar dari perayaan Idul Adha, ada hal yang lebih penting yaitu bagaimana pola Nabi Ibrahim as dalam mencetak kader – baca anak - berpredikat nabi itu? Al-Qur’an memberi gambaran dengan tahapan yang sistematis dan detail terkait pola pendidikan Nabi Ibrahim as.

 

 Pertama, Visi pendidikan Nabi Ibrahim adalah mencetak generasi shaleh yang menyembah hanya kepada Allah SWT. Dalam sebuah kisahnya, penantian panjang beliau berdo’a agar diberi generasi shaleh yang dapat melanjutkan perjuangan agama tauhid. Visi Nabi Ibrahim ini diabadikan Allah SWT dalam al-Qur’an:

 

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

 

 "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh." (Q.S. Ash Shaaffaat ;37:100).

Nabi Ibrahim as sangat konsisten dengan visi ini, dan tidak pernah terpengaruh dengan predikat dan titel-titel selain keshalehan. Dalam mentransformasi nilai-nilai kepada anaknya, Nabi Ibrahim as selalu bertanya Maata’buduuna min ba’dii bukan Maata’kuluuna min ba’dii. "Nak, apa yang kau sembah sepeninggalku?" bukan pertanyaan "Apa yang kamu makan sepeninggalku?" Nabi Ibrahim as tidak terlalu khawatir akan nasib ekonomi anaknya, justeru Nabi Ibrahim as sangat khawatir ketika anaknya nanti menyembah tuhan selain Allah SWT.

 

Kedua, Misi pendidikan Nabi Ibrahim as adalah mengantarkan Ismail dan putra-putranya mengikuti ajaran Islam secara totalitas. Keta’atan ini dimaksudkan sebagai proteksi agar tidak terkontaminasi dengan ajaran sesat dan menyesatkan dengan berbagai berhala yang telah mapan di sekitarnya. Allah SWT menjelaskan harapan Nabi Ibrahim as dengan sebuah do’anya: "Dan Nabi Ibrahim Telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Nabi Ibrahim berkata):

 

إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

 

 "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Q.S. Al Baqarah;2 :132).

 

Ketiga, Kurikulum pendidikan Nabi Ibrahim as juga sangat detail dan lengkap. Muatannya telah menyentuh kebutuhan dasar manusia. Aspek yang dikembangkan meliputi: Tilawah untuk pencerahan intelektual, Tazkiyah untuk penguatan spiritual, Taklim untuk pengembangan keilmuan dan Hikmah sebagai panduan operasional dalam amal-amal kebajikan. Muatan-muatan strategis pendidikan Nabi Ibrahim as tersebut, Allah SWT  menjelaskan secara terperinci dalam firman-Nya:

 

 

رَبَّنَا وَٱبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

 

 

"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Baqarah;2:129).

 

Keempat, Lingkungan pendidikan Nabi Ibrahim as untuk putranya bersih dari virus aqidah dan akhlaq yang merusaknya. Dan Beliau dijauhkan dari berhala dunia, fikiran sesat, budaya jahiliyah dan prilaku sosial yang tercela. Hal ini dipilih agar fikiran dan jiwanya terhindar dari kebiasaan buruk di sekitarnya. Selain jauh dari perilaku yang tercela, tempat pendidikan Ismail juga dirancang menjadi satu kesatuan dengan pusat ibadah ‘Baitullah’. Hal ini dipilih agar Ismail tumbuh dalam suasana spiritual, beribadah (shalat) hanya untuk Allah SWT. semata

Kiat ini sangat strategis karena faktor lingkungan begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan kejiwaan anak dan lingkungan di sekitarnya. Pemilihan tempat (bi’ah) yang strategis untuk pendidikan Ismail as secara khusus Allah SWT abadikan dalam al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya:

 

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 

"Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur." (Q.S. Nabi Ibrahim;7:37).

 

Pendidikan Nabiyullah Ibrahim as memang patut untuk dicontoh dan diteladani dalam kehidupan beragama. Beliaulah satu-satunya nabi yang berhasil mengantarkan semua anaknya menjadi nabi. Dan dari keturunan anak cucu beliau muncul nabi akhir zaman, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimana dengan hasil pendidikan putra-putri kita?. Sepertinya Susah dan sulit untuk mengikuti jejaknya apalagi membandingkannya, realitas anak didik kita hari ini sangat jauh dari hasil yang dicapai Nabi Ibrahim as dalam mencetak, mendidik anak cucunya. Kita harus jujur bahwa hari ini kita mengalami degradasi moral yang memprihatinkan dan parahnya tidak sedikitpun upaya untuk meneladaninya.

 

Para anak didik kita kehilangan orientasi dan celupan nilai-nilai Rabbani, Qur’ani dan Islami. Justeru yang terjadi adalah penetrasi budaya luar membentuk prilaku baru yang jauh dari nilai-nilai keislaman. Kita sudah lama dan berulang-ulang mendengar dan menyaksikan betapa suramnya masa depan anak didik kita. Terbukti mereka suka dan gemar tawuran antar pelajar, mulai tingkat SD sampai universitas, menjadi tontonan kita tiap hari. Perilaku hubungan antar pelajar laki-laki dan perempuan yang gayanya sudah seperti suami-istri, dan dirinya terhinggapi oleh penyakit tidak tahu malu. Padahal sifat malu termasuk bagian dari iman.  

 

Dan yang tidak kalah bahayanya adalah Narkoba. barang haram ini sudah bisa ditemukan di sembarang tempat. Meski ada larangan, tapi peredarannya semakin meluas. Bahkan, Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat rehabilitasi mental dan moral masyarakat juga ditemukan jaringan peredarannya secara gelap. Pengguna Narkoba untuk kawula muda, pelajar dan mahasiswa juga akan terus meningkat. Lingkungan dan pola interaksi sangat memungkinkan bagi mereka untuk terjaring Narkoba. Hadirnya alat komunikasi yang bisa mengakses aib dan aurat menjadi transparan, sangat berpotensi membangkitkan syahwat dan hayalan mereka. Ketika nafsu sudah berbicara, maka apa pun bisa jadi. Sebagian di antaranya akhirnya memilih penyaluran lewat jalur Narkoba.

 

Belum lagi masalah bullying yang akhir-akhir ini menjadi momok dan menakutkan di lingkungan pendidikan kita. Baik bullying secara fisik dengan bersikap yang tidak baik dan suka bermain tangan dan anggota tubuh lainnya maupun verbal yang merupakan sesuatu yang dianggap mendidik, padahal sebenarnya justeru merangsang anak didik untuk menerapkannya dalam kancah kehidupan modren saat ini., misalnya perundungan kata-kata, berteriak dan lainnya.

 

Fenomena yang sangat ironis dan  “mengenaskan” ini, apakah kita harus menyerah? dan apakah sudah terlambat untuk melakukan perbaikan. AllahSWT sangat melarang hamba-Nya untuk menyerah dan tidak ada kata terlambat, sekarang kita harus bangkit menyelamatkan mereka dari kehidupan yang pragmatis. Hal paling yang harus diprioritaskan dari nilai-nilai pendidikan Nabi Ibrahim as yaitu menjadikan pola pendidikan hari ini adalah bi’ah atau penciptaan lingkungan yang mendidik. Lingkungan pendidikan harus bebas dari virus aqidah dan akhlaq. Perlu suaka generasi (kawasan steril) buat perkembangan dan pertumbuhan setiap anak. Para orang tua dan pengelola pendidikan hari ini harus mencontoh keberanian Nabi Ibrahim as dan Siti Hajar dalam mengamankan Ismail as jauh dari lingkungan buruk. Harus ada benteng yang kuat untuk mengamankan anak kita dari pengaruh narkoba, judi, seks bebas dan kekerasan. Melepas anak berada dalam lingkungan yang buruk seperti ini, berarti kita telah menghancurkan masa depan mereka secara tidak langsung karena adanya pembiaran, alasan sederhananya, tidak apa-apa anak hidup di zamannya, subhanallah!.

Desain pendidikan memang harus disetting jauh dari segala keburukan. Lingkungan yang buruk sangat berpotensi merusak akhlaq dan kepribadian anak. Rasulullah SAW telah memberikan rambu-rambu agar menghindari dan menjauhkan mereka dari setiap orang atau lingkungan yang bisa berpengaruh negatif terhadap jiwa kita. Sebagaimana dalam atsar: Iyyaaka waqariinassu’ fainnaka bihi tu’rafu "Hindari olehmu bergaul dengan orang jahat karena kamu akan dikenal dengan kejahatannya".

Ada kesalahan kita dalam menilai keberhasilan anak-anak kita. Terkadang kita sangat bangga ketika anak kita meraih juara olimpiade sains atau menjadi siswa teladan dalam prestasi akademik. Namun kita jarang menghubungkan prestasi mereka dengan akhlaq dan kepribadiannya. Maka menjadi lumrah kita dapatkan, anak-anak cerdas secara intlektual dan skill tinggi tapi ibadah, akhlaq dan kepribadiannya sangat memprihatinkan.

Bolehlah kita bangga jika anak-anak kita hebat prestasi akademiknya tapi dibarengi pula hebat prestasi spiritual Illahinya. Sehingga ada keserasian dan seimbang antara imtaq dan ipteknya. Jadikan anak-anak kita unggul dalam prestasinya dan anggun dalam moralitasnya. Anak didik kita hari ini adalah pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Di pundak mereka terpikul nasib bangsa ini. Kalau mereka baik maka selamatlah bangsa ini, tapi kalau mereka rusak maka bangsa ini tinggal menunggu kehancurannya. Untuk itu, sekali lagi mari kita antar mereka menjadi generasi shaleh, yaitu generasi yang beriman, cerdas dan berakhlaq mulia. Integritas seperti inilah yang dimiliki Ismail as. sehingga bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Allah SWT dan menjadi warisan sejarah generasi berikutnya. Cerdas secara spriritual, cerdas intelektual dan cerdas,  emosional. 

Wallahu a’lam bish-shawab


BLUE PRINT KURIKULUM NABI IBRAHIM AS.  BLUE PRINT KURIKULUM NABI IBRAHIM AS. Reviewed by sangpencerah on Juni 13, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: