MENGENANG TRADISI QURBAN

MENGENANG TRADISI QURBAN
Oleh. Ust. Drs. Muhammad Ibrahim, M. Pd

(Guru MTs N 1 Kota Malang dan PCM Klojen)



Dalam momentum hari raya Idul Adha identik dengan qurban yang hadir setiap tahun secara berualang-ulang di tengah kehidu pan umat muslim sedunia, harus menjadi perhatian serius bagi hamba yang beriman. Karena keimanannya itulah maka  umat Muslim yang mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban sebagai bukti dari keimanannya, bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Hewan qurban yang biasanya digunakan adalah domba, kambing, sapi, atau unta. Hewan-hewan ini harus memenuhi syarat tertentu, baik dari segi umur, kesehatan, dan kebersihan. Daging hewan qurban yang disembelih kemudian dibagi-bagikan kepada keluarga, tetangga, baik mereka itu meminta atau tidak, dan orang-orang yang membutuhkan.

Ibadah qurban memiliki makna yang mendalam dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, qurban juga mengandung nilai sosial dan kepedulian terhadap sesama. Melalui qurban, umat Muslim diajarkan untuk berbagi rezeki dengan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Kata qurban itu berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan-qaribun, yang artinya dekat. Dengan begitu, sahabat karib berarti teman dekat. Makna qurban secara istilah berarti kita berusaha menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penghalang itu bisa berupa berhala dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta-benda dan lain-lainnya secara berlebihan.

Dalam konteks Idhul Adha, pesan mendasar dalam perintah tersebut adalah agar manusia tidak sesat dalam menjalani hidup. Untuk itu, harus selalu menjalin kedekatan dengan Allah SWT. dan merasakan kebersamaan dengan-Nya setiap saat. Karena manusia mudah sekali teperdaya oleh kenikmatan sesaat yang dijumpai dalam perjalanan hidupnya, maka Allah SWT memberikan metode dan bimbingan untuk selalu melihat kompas kehidupan berupa shalat dan dzikir agar kapal kehidupan tidak salah arah. Di balik praktik Qurban terdapat filosofi yang mendalam.

Di era modern ini, pelaksanaan Qurban telah mengalami transformasi. Umat Muslim dapat melakukan Qurban melalui lembaga-lembaga amil zakat, yayasan-yayasan kemanusiaan, atau bahkan secara online. Teknologi telah memudahkan umat Muslim untuk berpartisipasi dalam praktik Qurban, tanpa harus secara langsung terlibat dalam proses pengorbanan hewan.

Sebagaimana pesan dalam teks-teks agama, qurban dalam bahasa Arab adalah qurban yang berarti mendekatkan diri kepada Tuhan. qurban tahunan yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia seharusnya tidak lagi dimaknai sebagai ibadah yang sebatas proses ritual. Sebaliknya, itu harus ditafsirkan sebagai penegasan nilai-nilai kemanusiaan dan semangat pembebasan. Salah satu non-pembebasan sosial adalah pemahaman syirik, yang menggunakan sistem feodal yang berbeda dan memandang dunia terbagi, kacau, dan kontradiktif. Pandangan dunia Tauhid adalah pandangan yang memandang realitas sebagai integral, holistik, monoteistik, dan universal.

Peristiwa Nabi Ibrahim untuk anaknya, atau Nabi Ismail untuk dirinya yang siap disembelih, jelas menunjukkan ketundukan mereka pada perintah Allah SWT. Ketaatan kita tidak hanya berakhir dengan penebusan dosa. Ada satu pesan penting yang perlu disampaikan, bukan hanya tentang memotong leher makhluk pendamai dalam diskusi ilmiyah. Nabi Ibrahim as berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". QS. As-Saffat 102. Mengingat peristiwa kenabian Ibrahim as dan Ismail as yang digambarkan pada bagian di atas, terdapat contoh yang signifikan, bahwa pentingnya melakukan ketaatan yang menghasilkan kedekatan dengan Allah SWT dengan terus berfokus pada-Nya.

Kedekatan dalam kondisi memperhatikan perintah Allah SWT secara tegas akan mempengaruhi umat Islam, semua latihan kerja kita memiliki kontrol dan semua hal buruk akan dijauhkan. Pendekatan diri dan menyelesaikan perintah Tuhan harus selalu dilakukan di setiap pintu terbuka yang kita miliki selama perjalanan hidup di planet ini. Karena pentingnya cinta perdamaian adalah untuk memberikan jiwa dan membangun kembali jiwa kepatuhan kepada Allah SWT yang tampak dalam keseluruhan aktvitas kita, termasuk tidak membatasi bagaimana kita menafsirkan agama secara parsial dan sempit. Karena itu semua perintah dalam agama sudah pasti ada manfaat dan hikmah dalam kehidupan manusia.


Manfaat apa yang diperoleh para Mudhahhi

1. Sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT

Qurban merupakan salah satu ibadah yang dijalankan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firmanNya:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ٢

"Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah!" QS. Al Kautsar 2

Menurut Tafsir Kementerian Agama RI, Allah SWT memerintahkan untuk melaksanakan shalat dengan ikhlas semata-mata karena-Nya, bukan tujuan riya’ dan memerintahkan untuk berqurban demi Allah SWT dengan menyembelih hewan sebagai ibadah dan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.


2. Sebagai ungkapan syukur

Menurut ulama madzhab Hanafi sebagaimana dijelaskan Wahbah az-Zuhaili dalam kitab fiqihnya, qurban menjadi wajib hukumnya apabila dituntut dari orang kaya untuk melaksanakannya setiap Hari Raya Idul Adha.

Qurban yang dimaksud di sini bukan dalam rangka nadzar atau sengaja dibeli untuk disembelih, melainkan dilakukan sebagai ungkapan syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Allah SWT dan menghidupkan sunnah yang diwariskan Nabi Ibrahim as.


3. Sebagai penghapus dosa

Manfaat berqurban lainnya adalah sebagai penghapus dosa dan penebus kesalahan. Hadits mengenai qurban sebagai penghapus dosa juga diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Ibnu Hibban, "Hai Fatimah, berdirilah di sisi kurbanmu dan saksikanlah ia, sesungguhnya tetesan darahnya yang pertama itu adalah pengampunan bagimu atas dosa-dosamu yang telah lalu."


4. Menjadi amalan yang amat dicintai Allah SWT

Ammi Nur Baits dalam bukunya Panduan Qurban menjelaskan, menyembelih qurban termasuk amal saleh yang memiliki keutamaan besar. Disebutkan dalam sebuah riwayat yang berasal dari Aisyah RA, ia menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda:

"Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirnya darah (kurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya," (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, sebagian ulama mengatakannya dha’if).

Meskipun hadits tersebut lemah, namun, kata Ammi Nur Baits, tidak menyebabkan hilangnya keutamaan qurban. Syaikhul Islam dalam Majmu' Fatawa mengatakan, keutamaan qurban ini lebih utama daripada shadaqah.Berqurbanlah, aqiqah, hadyu sunah, semuanya lebih baik, daripada shadaqah dengan uang senilai hewan yang disembelih," dan perlu dipahami bahwa jenis hewan yang di qurbankan minimal adalah kambing/domba yang paling bagus bukan yang jelek dan yang lainnya, misalnya (qurban) hasil panen, sayur dan jenis buah-buahan lainnya, hal itu mutlak tidak akan diterima oleh Allah SWT, QS.5;27.

 

Hikmah

Dari pembahasan di atas, dapat kita lengkapi dengan hikmah dari kerelaan berqurban diantaranya; Pertama, ibadah kurban bisa menjadi salah satu sarana pendidikan untuk kita semua agar tidak lupa bersedekah di jalan Allah SWT. Kedua adalah qurban menjadi penegasan kepada seluruh umat Islam di dunia, bahwa sesungguhnya perintah Allah SWT harus benar-benar dilaksanakan dan jangan disia-siakan. Ketiga, qurban ini akan menjadi motivasi bagi kita untuk berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang tidak mampu di sekitar kita.






MENGENANG TRADISI QURBAN MENGENANG TRADISI QURBAN Reviewed by sangpencerah on Juni 06, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: