Pendahuluan
Bicara masalah pendidikan bukan persoalan jangka pendek atau menengah, tapi lebh pada keberlangsungan hidup manusia di dunia ini. Karena itu maka bagi setiap orangtua bertanggungjawab untuk memberikan pendidikan kepada para putra-putrinya, selain sebagai hak anak untuk mengenyam pendidikan dalam hidupnya juga sebagai upaya orangtua untuk mempersiapkan mereka para generasi yang akan meneruskan perjuangan hidup kita dan diri mereka sendiri yang lebih baik dan berkemajuan, dan kita sebagai orangtua jangan sampai meninggalkan generasi sebagai generasi pewaris yang lemah. Sebagaimana amanah Allah SWT,
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا
خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS.an-Nisa’;4;9), sementara sistem pendidikan di Indonesia sampai saat ini dan ke depan telah diformalkan oleh Pemerintah dengan pendidikan wajib 9 tahun. yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah (SD-SMP) atau sederajat, dan pendidikan yang sukses tidak hanya sukses di dunia nyata ini dengan ilmu umum, tapi juga harus berorientasi ke akhirat yaitu ilmu agamanya, akhlaknya, yang menjadi karakter anak yang bermoral.
Bagaimana anak memperoleh keduanya.
Sebagai orangtua tentu menginginkan putra-putrinya menjadi generasi
yang berkualitas yaitu sukses dunia dan sukses akhiratnya, serta membanggakan
kedua orangtuanya, dan ironisnya hal ini masih tergolong langka di Indonesia
khususnya di Kota Malang, lalu bagaimana orangtua bisa memenuhi keduanya bagi
putra-putri tercintanya, solusinya bagi orangtua jangan sampai salah memilih
pendidikan bagi mereka, tapi carilah sekolah yang berkualitas dan mengolaborasikan
keduanya, sehingga mereka memiliki kecerdasan ganda, yaitu cerdas
intelektualnya (untuk kepentingan hidup mereka di dunia), dan cerdas spiritualnya (bermanfaat bagi dirinya dan untuk kedua orangtuanya). Memang tidak ada
larangan bagi orangtua memasukan putra-putrinya ke sekolah yang meng-cover
keduanya, sekaligus memudahkan dan meringankan beban tanggungjawab orangtuanya.
Mengingat pentingnya pendidikan di atas maka
diperlukan tambahan bagi lembaga pendidikan yang bernuansa Islam yaitu dengan
muatan pendidikan non-formal, hal ini bisa dengan adanya Madrasah Diniah
khususnya bagi generasi alpha yang sangat diperlukan sebagai benteng keimanan.
Begitu juga dengan pendidikan akhlak dan moral, mengajarkan dan melatih peserta
didik untuk berperilaku baik, sopan serta jujur. Harapannya, peserta didik
tidak hanya tumbuh dengan kemampuan akademik saja, mereka juga tumbuh dengan
benteng keimanan yang kokoh, menjadi pribadi agamis serta mempunyai budi
pekerti yang baik dan berbudi luhur.
Dengan adanya program madrasah diniyah di sebuah sekolah dapat
menjawab kebutuhan dan memudahkan beban para orangtua yang menghendaki
putra-putrinya tumbuh menjadi anak shalih-shalihah dengan dasar keimanan yang
kokoh. Dan peserta didik dilatih untuk terbiasa menjadi pribadi yang baik,
disiplin, dan istiqamah. Tentu dalam hal ini masih banyak lagi program-program tambahan
lainnya untuk membangun pendidikan akhlaq dan moral mereka ke depan yang akan
hidup di tengah pesatnya arus digitalisasi.
Sebagai langkah antisipasi, maka diperlukan adanya upaya penguatan
dan penggalakan, terutama kepada lembaga sekolah dan lembaga lainnya. Karena
dalam pendidikan moral dan akhlak tidak hanya cukup dengan materi di kelas,
atau pelatihan penguatan moral dan akhlak sekali tempo saja apalagi secara
instan, tapi diperlukan kontinuitas berkelanjutan sampai anak usia 15 tahun.
Disamping hal di atas, dalam menanamkan pendidikan moral dan akhlak,
perlu adanya teladan yang baik, yang memberikan contoh kepada para peserta
didik bagaimana menjadi pribadi yang berakhlak dan bermoral. Sehingga peserta
didik dapat melihat dan meniru akhlak dan moral seperti apa yang harus mereka
tanamkan. Sebab, generasi alpha memiliki kecenderungan meniru sikap dan
perilaku orang di sekitarnya daripada mendengarkan. Maka sangat diperlukan
keteladanan baik di sekolah (guru), maupun di rumah (orangtua), keduanya harus bisa berkolaborasi
dalam mencetak generasi shalih-shalihah yang bermanfaat untuk kedua
orangtuanya.
Mengutip pernyataan Anggota Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah (DikdasmenPNF) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa
Tengah, M Yazid Jamil bahwa “Madrasah dan sekolah adalah bagian dari pencerahan
umat, sebab pendidikan merupakan hal yang paling utama dalam membangun keluarga
sebagai basis peradaban bangsa,” apalagi dalam ajaran Islam, ada larangan bagi para orang tua untuk
meninggalkan keturunan dalam kondisi yang lemah. Sebagai pendidik utama dalam
keluarga,
Tantangan Yang Akan Dihadapi
Para Orangtua
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi membawa dampak positif dan negatif terhadap anak, sehingga
menuntut orangtua mendidik anak-anak dengan nilai-nilai keagamaan sebagai
landasan pembentukan kepribadian anak. Dari segi negatifnya, yaitu membawa
dampak destruktif (merusak) terhadap perkembangan kepribadian (akhlak) anak
dalam kehidupan keluarga. Tati Nurhayati dalam pemaparan disertasinya yang
berjudul Pendidikan Anak Dalam Keluarga Muslim Kontemporer menjelaskan bahwa Pendidikan
yang dilakukan orangtua terhadap anak-anak akan menampilkan perilaku (behavior)
anak-anak yang berbeda. Jika keluarga konsisten menginternalisasikan
nilai-nilai akhlak mulia dan pendidikan intelektual yang baik kepada anak, maka
anak tersebut akan mampu menampilkan perilaku yang baik pula, termasuk
keterampilan intelektual. “Sangat diperlukan peran orangtua dalam mengadakan
komunikasi langsung dengan anak, yaitu melakukan komunikasi yang baik dengan
anak dalam memberikan pendidikan. Hal tersebut penting dilakukan agar anak menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa, cerdas, dan memiliki keterampilan yang berguna
bagi hidup anak. Di era keluarga muslim kontemporer saat ini banyak orang tua
yang sibuk akan kegiatannya, sehingga pendidikan terhadap anak lebih sering
diserahkan ke sekolah dan pembantu rumah tangga,“ dan ini tidak boleh terjadi
bagi kaum muslimin.
Lalu apa solusinya, sebagai
solusinya ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam
melakukan pendidikan terhadap anak, selain yang telah dijelaskan di atas, yaitu
dengan memilih media pendukung seperti pendekatan langsung, dengan mengemas
materi pelajaran sesuai perkembangan intelektual anak. Selain itu memahami
emosional, perilaku sosial, dan spiritual anak sangat diperlukan dalam
memberikan pendidikan terhadap anak. “Orangtua dalam memberikan pendidikan
terhadap anak dapat memanfaatkan metode keteladanan, nasihat, teguran, dan
dengan pendekatan pendidikan rasional dan kasih sayang, sehingga anak akan
merasa aman dan nyaman berada di lingkungan keluarga. Selain itu karena
orangtua adalah pendidik dalam konteks pendidikan keluarga, dimana terdapat
dimensi yang tidak dapat disampaikan orang lain kepada anak yang menjadi
otoritas orangtua,”
Sementara itu, menurut Prof.
Dr. Usman Abubakar, MA, saat ini di Indonesia masih langka doktor spesialis
pendidikan keluarga. Karena pada dasarnya keluarga merupakan pilar bangsa yang
utama dan pertama. “Saya rasa pendidikan terhadap keluarga, khususnya
terhadap anak, itu sangat penting guna membentuk akhlak, dan kepribadian anak
yang baik. Dan saat ini pendidikan keluarga, khususnya pendidikan keluarga
muslim kontemporer masih langka, sehingga saya berharap Tati Nurhayati dapat
mengembangkan dan melanjutkan disertasi terkait pendidikan keluarga tersebut
sebagai doktor yang fokus terhadap pendidikan keluarga,”
Dikutip dari pernyataan Menteri
Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof. Muhadjir
Effendy, M.Ap. Bagi penyelenggara pendidikan jangan menciptakan peserta didik
yang tidak imbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agamanya. artinya
jangan berat sebelah dalam memberikan pendidikan kepada generasi bangsa. Sebab
jika hanya berat urusan agama yang ditonjolkan maka besar kemungkinan akan
lemah dalam urusan dunia, padahal sesuai perintah Allah SWT mengurus urusan
dunia juga penting bagi kaum muslim.
Dua-duanya harus seimbang, karena dalam
Al Qur’an juga mengungkapkan hal itu, dan juga jika hanya menonjolkan
pendidikan untuk urusan dunia, maka generasi muslim akan besar kemungkinan
kehilangan peluang berjaya di akhirat kelak. sebab keberhasilan di dunia nanti
juga sebagai bekal keberhasilan di akhirat.
Menurut beliau, untuk mengejar
ketertinggalan umat muslim dari dunia Barat dan lainnya diantaranya dengan
melakukan akselerasi dalam pendidikan umumnya. Meski program tahfidz Qur’an
baik, tapi program ekstra yang lain tetap tidak boleh ditinggalkan atau
diabaikan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang berwawasan keIslaman harus
berada di depan dan banyak referensi dan literasi bagi pendidiknya, dua kali
lipat harus lebih banyak dibandingkan lembaga umum.
Konsep pendidikan seimbang tersebut
memiliki landasan kuat dalam filosofi pendidikan yang diajarkan oleh KH. Ahmad
Dahlan sebagai proklamator pendidikan Muhammadiyah. Oleh karena itu, Prof.
Muhadjir mendukung upaya Muhammadiyah mendirikan Boarding
School sebagai proses pembelajaran yang paripurna disamping
program tahfidz al-Qur’an yang menjadi ciri khas dan keunggulan dari
sekolah-sekolah Muhammadiyah,”
Namun demikian, beliau memberikan catatan
terhadap sekolah-sekolah Muhammadiyah, di mana masih lemahnya peserta didik
dalam penguasaan keterampilan dasar beragama-berIslam. minimal lulusan sekolah
Muhammadiyah mampu membaca Al Qur’an dengan lancar, tartil dan benar. konsep ini harus diupayakan sudah tuntas pada
tingkat pendidikan dasar, jadi peserta didik lulusan SMP atau Tsanawiyah
Muhammadiyah harus betul-betul sudah menguasai bacaan Al Qur’an secara baik,”dan
hafal 10-15 juz.
Tidak ada komentar: