Setiap manusia tentu mendambakan sebuah kebahagiaan dalam hidupnya, baik bahagia di dunia saat masih hidup lebih-lebih bahagia nanti di akhirat. Karena itu maka setiap pribadi berlomba-lomba untuk mencapai kebahagiaan tersebut.
Lalu bagaimana kebahagiaan itu dapat dirasakan? Kebahagian bisa dicapai secara personal, secara berkeluarga, dan bermasyarakat bahkan kebahagiaan adaptif dengan potensi dan profesinya. Akan tetapi pada prinsipnya seseorang akan merasakan bahagia, jika dapat melakukan sesuatu yang disukai, atau menyukai apa yang dikerjakan dalam hidupnya. Inilah kebahagiaan secara fisikal dalam kehidupan nyata.
Sesuai judul pada tulisan ini bahwa bahagia itu sederhana, hal ini dimaksudkan bahwa setiap pribadi akan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, dan masing-masing dari mereka merasakan bahagia dengan type yang berbeda-beda. Misalnya; seseorang dapat merasakan kebahagiaan hanya dengan bisa makan bersama keluarga di tempat yang sejuk, pinggir sawah atau pinggir pantai, ada juga sebagian orang akan merasakan kebahagiaan jika berada di sebuah tempat mewah, megah dan berkelas, misalnya di sebuah hotel berbintang dan mahal, bahkan yang terakhir ada sebagian dari seseorang merasakan kebahagiaan jika anjangsana ke sanak keluarga di luar tempat tinggal dan lain sebagainya. Itulah sebabnya maka kebahagian itu sederhana, tergantung kepada siapa gerangan yang merasakannya. Tapi semua itu akan berlansung hanya sementara waktu dan disaat-saat tertentu.
Lalu bagaimana kebahagian itu menjadi hakiki baik secara fisik dan batin?
Tentu sebagai seorang beriman memandang dan menyikapi sebuah kebahagiaan tidak hanya yang bersifat sementara (nisby) tapi juga hakiki (berkelanjutan) caranya, marilah kita renungkan bersama dari petunjuk dan pedoman hidup bagi orang beriman yaitu al-qur’an dan as-sunnah serta atsar para sahabat-sahabatnya.
Yakni bahwa sebenarnya harga kebahagiaan itu murah. Jadikanlah alquran dan hadis sebagai pedoman kehidupan. Pastikan setiap hari kita membacanya, memahami kandungannya serta berikhtiar melaksanakannya agar menjadi muslim yang kaffah (komprehenship/menyeluruh) sebagiamana firman Allah SWT;
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS.Al-Baqarah;2:208) ayat berikut diturunkan mengenai Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya tatkala mereka membesarkan hari sabtu dan membenci unta sesudah masuk islam.
Bagi yang telah menyatakan diri sebagai muslim, maka harus yakin dengan apa yang telah menjadi ketetapan hatinya. Dan apapun yang disuarakan oleh hati didengarkan lalu diikuti (selama sesuai dengan aturan syariat yang diyakini). Dengarkan hati nurani, pemandu tindakan setiap hari. Cermin dalam diri yang selalu jujur atas setiap persoalan yang dihadapi. Seperti kisah Rasulullah SAW saat ditanya sahabat wabishah, tentang menentukan kebaikan dan dosa: “…engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan (albirru) dan dosa (al itsm)”, wabishah pun menjawab: “benar.” Beliaupun merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya kepada wabishah, seraya bersabda: “mintalah pendapat pada hatimu, mintalah pendapat kepada jiwamu, wahai wabishah. Sesuatu itu adalah kebajikan jika membuat hati tenang, membuat jiwa tentram, sedangkan dosa membuat kegelisahan dalam hati dan kegoncangan dalam dada. Mintalah pendapat pada hatimu, mintalah pendapat kepada jiwamu, meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu” (HR. Ad-Darimi).
Peliharalah tingkat spiritualitas dengan ibadah vertikal yang terjaga. Giatlah beramal shaleh yang berdampak luas bagi sesama. Dengan itu, hidup akan serasa bermakna. Ibadah ritual maupun sosial, sama-sama pentingnya, karena kita hidup di dunia memiliki tugas sebagai hamba (‘abid) sekaligus khalifah, memakmurkan bumi. Sebagaimana firman Allah SWT
Ikhlas, sabar dan syukur selalu menghiasi setiap hembusan nafas seorang muslim. Sedih dan bahagia dianggap latihan, takdir-Nya diterima dengan penuh keridhaan. Menghormati sesama, santun dan rendah hati.
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan allah dan rasul-nya kepada mereka, dan berkata: "cukuplah allah bagi kami, allah akan memberikan sebagian dari karunia-nya dan demikian (pula) rasul-nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka”. (QS. At-Taubah [9]:59).
Jika kita mencari kerelaan/keridhaan Allah SWT, maka pastikan diri kita dapat menerima semua ketentuan Allah SWT dalam hidup ini. Supaya dapat merasakan apa yang telah diagunerahkan oleh Allah SWT kepada kita semua. Di luar ketentuan itu adalah sebuah penyakit yang membinasakan, misalnya’ penyakit hati seperti iri, dengki dan tinggi hati bisa kita dijauhi. Sebagaimana firman Allah SWT; dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah SWT kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah SWT sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu. Berfirman-Nya dalam al Quran ” dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah SWT kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS.An-Nisa’;4:32)
Bahagia itu tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat. “…ya tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (QS Al-Baqarah :201).
Bahagia itu sederhana, dan hadiah terindah bagi makhluk terbaik. “sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk,” (QS Al-Bayyinah: 7).
Hiduplah apa adanya. Jangan bebani dengan sifat ingin dihargai, dihormati dan sifat riya’ (pamer) lainnya alias gila hormat. Alamiah/natural itu lebih indah bersahaja, tanpa harus dikemas dalam bentuk pencitraan, karena Allah SWT tahu mana yang sungguh-sungguh dan tulus atau sebaliknya. “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu: jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya dia maha pengampun bagi orang-orang yang bertaubat,” (QS Al-Isra [17]: 25).
Kebaikan tidak pernah tertukarkan dengan kejahatan, atau kebaikan yang sekedar pencitraan. “katakanlah, “tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada allah, hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan,” (QS Al-Maidah [5]:100)
Ibarat menabung untuk bekal kehidupan dan warisan, simpanlah sebanyak-banyaknya kebaikan. Khawatirlah bekal perjalanan panjang itu hanya sedikit, habis ketika tengah di perjalanan. Lupakanlah setiap kebaikan dan ingatlah selalu setiap kejahatan. Dengan melupakannya, kita akan berusaha untuk terus mengumpulkan investasi bekal abadi tersebut. Sementara dengan mengingat dosa, lisan dan hati akan terus terjaga untuk memohon ampun kepada-nya selalu.
Kebaikan dan kejahatan yang kecil sekalipun, allah swt mengetahui dan akan menghitungnya dalam catatan amal. Kelak akan ada pengadilan, dimana itu semua akan dipertanggungjawabkan. “barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula,” (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8).
Kebahagiaan sejati itu berarti surga. “orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik,” (QS Ar-Ra’d [13]: 29).
Karena itu maka kebahagiaan sejati di dunia adalah setiap kebajikan yang dapat dilakukan dengan maksimal sesuai kemampuannya, dan kebahagiaan di akhirat adalah dterimanya segala amal perbuatan selama hidup didunia, yang dapat menyelamatkan dari adzab Allah SWT.
Tidak ada komentar: