KECERDASAN YANG MEMBINASAKAN

KECERDASAN YANG MEMBINASAKAN
Oleh. Ust. Angga Adi Prasetya, S.Pd
(Guru SD Muhammadiyah 1 dan Sekretaris bidang dakwah PDPM)




Selamat datang di zaman yang menuhankan kecerdasan. Walaupun secara tersurat kita tidak benar-benar mengatakannya, fakatanya memang demiian di dunia ini begitu memuja gelar; dibeli dan diburu. Mestinya seluruh aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan ini tentu didasarkan pada ilmu pengetahuan sebagai sebuah pedoman yang kemudian dipakai untuk berkhidmat, dan inilah aktifitas yang memuliakan dirinya, akan tetapi jika berkhidmat yang didasarkan pada egonya atau hawa nafsu belaka, maka akan menemukan problem dalam proses perjalanannya.

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang kesuksesan dan orang-orang sukses. Ternyata sukses menurut manusia berbeda total dengan sukses menurut Allah Swt.

Sungguh rugi orang yang mengira dirinya telah sukses dan dianggap manusia sebagai orang sukses dalam kehidupan di dunia, tapi ternyata ia termasuk orang yang gagal total. Sukses yang sebenarnya, sejati, hakiki dan abadi adalah sukses menurut Allah Swt dalam kitab-Nya, Al-Qur’an. Misalnya; Tidak jarang orang menyebut sukses dalam hidup ketika banyak uang dan lancar dalam bisnis dan pekerjaan. Apa pun pandangan orang tentang kesuksesan patut diapresiasi, selama terarah untuk meraih kedekatan dengan Sang Pencipta.



Al-Quran sendiri mempunyai standar dan indikator kesuksesan seseorang dalam hidup. Sukses menurut Al-Quran tak terletak pada banyaknya properti, uang, lahan bisnis, kekuasaan atau popularitas.

“Kesuksesan di dunia bukanlah hal yang mutlak untuk diupayakan. Justru kesuksesan tersebut haruslah menjadi dasar pencapaian kehidupan sukses di akhirat. Seorang mukmin sebaiknya menjaga dirinya dari bahaya fitnah yang disebabkan harta dan kedudukan. Ia harus tetap mempertahankan agama dan keimanannya agar memperoleh kesuksesan yang sama di akhirat,”

Ditambahkannya, Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa yang obsesinya akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kecukupan di hatinya, Allah mengumpulkan urusannya, dan dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina. Barangsiapa yang obsesinya dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kemelaratan ada di depan matanya, Allah mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak datang kecuali yang ditakdirkan untuk dia saja.”

 

Menjadi cerdas itu anugerah. Ia bisa memudahkan yang susah, menguraikan yang rumit, dan membantu yang sulit. Tapi jadi bencana kalau cerdas untuk membohongi, memperalat dan memperdaya hingga normalisasi sebuah kedzaliman. Itulah mengapa banyak Ulama bilang, bahwa kecerdasan bisa masuk dalam kategori “fitnah” yang menyesatkan bahkan sampai membinasakan manusia.

 

Fitnah? Ya. Jika penggunanya bertambah ilmu, tapi dengan ilmunya ia bermain-main dengan aturan-Nya. Fenomenanya seperti ini; orang yang beriman utuh dengan akal dan hatinya bernarasi Sami'na wa atha'na ; “kami mendengar dan kami taat”, tapi orang yang cerdasnya untuk membangkang akan bernarasi, sami'na wa nadzharna; “kami mendengar tapi kami timbang-timbang dulu.”

 

Barangkali inilah salah satu jawaban dari tanda tanya besar yang seringkali kita fikirkan, mengapa Rasulullah SAW  berdoa dengan

 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

 

“Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Hadits ini shahih.)

Karena ilmu itu ada yang menghidupkan dan ada yang membinasakan. Dalam salah satu dars-nya, Syaikh Ratib An Nablusy berkata, “tanda ilmu bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan pada Allah, dan tanda ilmu yang membahayakan adalah yang membuat pemiliknya mencari celah untuk menghindari aturan Allah.”

 

Ada juga sebuah ungkapan Ulama  bahwa “siapa yang bertambah ilmunya, tapi tak bertambah dekat dengan Allah Ta’ala, maka sebenarnya tidak bertambah kecuali bertambah jauh (dari Allah Ta’ala)”

Itulah mengapa, dalam literatur Islam, seorang ‘Alim’ bukanlah tentang orang yang banyak tahu saja. Orang digelari sebagai 'Alim’ jika ia mengilmui kebenaran dan dia mengamalkannya. Adapun jika banyak tahunya, ia hanya masih sebatas 'naqil’ atau sang pelaku copy paste saja.

 

Kita sebagai penuntut ilmu (thaalibul ‘ilmi), hendaknya harus mengetahui celah setan untuk menyesatkan manusia. Kita telah mengetahui bahwa salah satu cara setan menyesatkan manusia adalah dengan harta dan ketamakan terhadap dunia. Akan tetapi, sedikit dari kita yang mengetahui bahwa setan juga menyesatkan manusia melalui ilmu. Yaitu dengan membuat pemilik ilmu tersebut menjadi angkuh, sombong, dan merendahkan manusia karena merasa sudah berilmu. Umumnya ditunjukkan dengan sifat yang keras, hobi berdebat kusir, dan banyak membicarakan kesalahan orang lain secara tidak bijak.

Maka seorang guru pernah menasehati bijak tentang ilmu "Al 'ilmu harbun lil fata al muta'ali, kassaili harbun lil makanill'aali" bahwa ilmu itu musuh bagi orang-orang yang sombong, sebagaimana aliran air yang menjadi musuh bagi tempat-tempat yang tinggi.

Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata,

 

إن للعلم ظغيانا كطغيان المال

 

Sesungguhnya ilmu memiliki keangkuhan sebagaimana keangkuhan harta.” (an-Nubadz fi Adabi Thalabil Ilmi, hal. 185

 

Harusnya kita sadar dan selalu muhasabah bahwa fitnah orang berilmu juga besar. Al Qur'an menyimbolkannya dengan sosok Qarun.

Mengerikan kalau kita jadi perwujudan Qarun, ia merasa bahwa kehebatannya bukan karena doa-doanya, bukan karena taufik-Nya, melainkan karena ilmu , usaha, dan kerja kerasnya.

Dia —Qarun— berkata,

 

قَا لَ اِنَّمَاۤ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ ۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗ وَلَا يُسْـئَلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ

 

“Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”

Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. (Al Qashash 78)

 

Maka Al Qur'an punya obatnya, dengan mengajak kita meneladani kalimat Dzulqarnain. Ia, sang raja kaya dan cerdas sainsnya, mantap ilmunya dan gagah pasukannya. Ketika ia selesai membangun dinding fenomenal yang menghalangi Yajuj dan Majuj, ia tak bilang bahwa itu hasil kecerdasannya ataupun keberhasilnnya. Ia tak berirama angkuh telah menyelamatkan orang banyak dengan ide briliannya. Ia mengajarkan kita…

Hâdzâ rahmatun min Rabbî”, ini adalah karunia dari Tuhanku (QS. Al Kahfi;18:98).

Ia menetralkan hati kita, memberkahi pencapaian kita, dan sekaligus mengajak orang-orang untuk sadar; bahwa semua hasil usaha kita yang terbaik, tak lain adalah karunia Allah yang Maha Rahim. Dan justru itulah yang akan menggandakan keberhasilan kita berkali-kali lipat.

Pernah melihat yang seperti itu di zaman ini? Ya. Saya pun nggak kaget lagi. Sejarah selalu mengulang dirinya sendiri. Fenomenanya sama, walau pelakunya berbeda. Itulah mengapa kita perlu jadikan Al-Qur'an sebagai imam kita, logika sebagai makmumnya. Jangan dibalik, nanti jadinya seperti orang keblinger yang menganggap dirinya sudah superior. 

Mengukir prestasi kerja, memperoleh rezeki yang berkah serta mendoakan kemajuan lembaga InsyaAllah menjadikan kehidupan kita akan lebih baik lagi. Kita seyogyanya menjadikan aktifitasnya yang menyenangkan, “Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat ketenangan.” (QS. an-Nahl;16:80).

Sebagai kata penutup tulisan ini, mari kita atau minimal penulis pribadi seyogyanya selalu mencoba konsisten bekerja keras, cerdas dan profesional sehingga arus rezeki menjadi lapang dan luas serta selalu berdoa untuk keselamatan diri dalam beraktifitas dan  semakin maju sehingga tambahan rezeki Unpad akan mengalir kepada kita semua.

Allahu'alam bisshawab.

KECERDASAN YANG MEMBINASAKAN KECERDASAN YANG MEMBINASAKAN Reviewed by sangpencerah on Oktober 10, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: