Sebagai
Refleksi hari Sumpah Pemuda (28/10/2024) dan Refeksi hari santri nasional (22/10/2024)
dan Resolusinya, dua momentum yang sangat berharga bagi bangsa dan generasi ke
depan, karena melihat fenomena saat ini keberadaan generasi perlu dipersiapkan,
salah satu cara untuk mempersiapkan generasi yaitu melalui pendidikan.
Dalam
khazanah Islam sejak wahyu pertama telah berbicara tentang pendidikan. Hal ini berarti pendidikan sangat penting bagi
umat Islam sejak dini. Karena itu jika anak baru lahir, dianjurkan untuk dido’akan supaya
terhindar dari gangguan syaitan. Selain itu, sebagai perisai bagi anak,
karena do’a berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan
setan dari bayi yang baru lahir. Dengan do’a yang kita baca akan terekam pada hati anak
melalui pendengaran fisik dan batin,
sekaligus pengenalan Allah SWT kepada sang buah hati
sekaligus memberikan nilai pendidikan, bagaimana mengenal Tuhannya. Jika pendidikan telah diberikan
dengan baik dan terarah, berarti kita telah menanamkan fondasi yang kuat untuk mempersiapkan pribadi yang
shaleh dan yang bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas hidupnya. Di
antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah SWT di dalam hati kedua
orang tua itu adalah perasaan kasih sayang terhadap anak-anak. Perasaan ini merupakan kemuliaan baginya di
dalam mendidik, mempersiapkan dan membina
anak untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan paling besar. Orang yang
hatinya kosong dari perasaan kasih sayang akan bersifat keras dan kasar. Tidak
diragukan lagi bahwa di dalam sifat-sifat yang buruk ini akan terdapat
interaksi terhadap kelainan anak-anak, dan akan membawa anak-anak ke dalam
penyimpangan, kebodohan dan kesusahan.
Disamping
itu Pendidikan merupakan
kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan
dan dimanapun manusia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanapa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan dan bahkan akan
terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping memiliki
budi pekerti yang yang luhur dan moral baik, Pendidikan juga
merupakan hal mendasar dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa, dan tempat penanaman moral, akhlaq yang baik, kemandirian, serta pengetahuan yang
lainnya, dengan pendidikan manusia akan mendapatkan pengalaman yang sangat
berharga yang bisa dijadikan acuan ataupun sebagai bekal di kehidupannya.
Maka dari itu, ada sebuah penelitian mengenai pendidikan anak dalam perspektif
Nasih Ulwan. Jenis penelitian ini yang digunakan adalah library research
yaitu telaah yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang pada
dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
pustaka yang relevan. Dan referensi pustaka
digunakan sebagai sumber ide dalam menggali pemikiran atau pun gagasan baru,
sebagai bahan dasar untuk melakukan dedukasi dari pengetahuan yang telah ada,
sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan dan dapat digunakan sebagai
pemecahan masalah. Sekilas tentang Biografi
Nashih Ulwan Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh muslim, lahir dikota
Halab, Suriah pada tahun 1928. Tepatnya di daerah Qodhi Askar yang teletak di
Bandar Halab, Syiria. Nama lengkapnya adalah Al-Ustadz Syaikh Abdullah Nashih
Ulwan, selanjutnya disebut Nashih Ulwan. Ayahnya, Syeikh Said Ulwan adalah
seorang yang dikenal di kalangan masyarakat sebagai seorang ulama dan tabib
yang disegani. Said Ulwan dapat mengobati berbagai penyakit dengan ramuan akar
kayu yang dibuat sendiri. Ketika merawat orang sakit, lidahnya senantiasa
membaca al-Quran dan menyebut nama Allah SWT. Said Ulwan senantiasa mendoakan
semoga anak turunnya lahir sebagai seorang ulama ‘murabbi’ yang dapat memandu
masyarakat. Doa tersebut ternyata dikabulkan oleh Allah SWT, sehingga Nashih
Ulwan menjadi seorang pakar dan aktif dalam dunia pendidikan Islam. Nashih
Ulwan hidup pada masa Suriah berada di bawah kekuasaan asing sampai tahun 1947.
Ulwan selalu menyeru kepada masyarakat untuk kembali pada sistim Islam. Bahkan
Ulwan mengkritik pemerintah yang berkuasa dalam sistim pemerintahan yang
dilaksanakan pemerintah. Hal inilah yang menyebabkannya terpaksa meninggalkan
Suriah menuju Jordan pada tahun 1979. Di sana Ulwan tetap berdakwah. Tahun 1980
Ulwan meninggalkan Jordan menuju Jeddah, Arab Saudi, setelah mendapatkan
tawaran menjadi dosen di sana. Setelah pulang menghadiri pengkumpulan di
Pakistan, Ulwan merasa sakit di bagian dada, terdapat penyakit di bagian hati
dan paru-paru, lalu dirawat di rumah sakit. Nashih Ulwan meninggal pada tanggal
27 Agustus 1987 M bertepatan dengan tanggal 5 Muharram 1408 H pada di rumah
sakit Universitas Malik Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi dalam usia 59 tahun. Jenazahnya
di bawa ke Masjidil Haram untuk dishalati dan dikebumikan di Makkah. Lalu
bagaimana Konsep Pendidikan Anak dalam Perspektif Abdullah Nashih Ulwan Ulwan
berpandangan bahwa pendidikan anak sangat penting dijadikan sebagai acuan dan
landasan awal pencapaian tujuan pendidikan yang baik karena, dia melihat
pendidikan dalam konteks keseluruhan kehidupan insan. Ia tidak melihatnya dalam
artian sempit, ia juga tidak memandang pendidikan sekedar sebagai
perlakuan-perlakuan tertentu yang dikenakan kepada anak agar mencapai tujuan
yang diharapkan dalam bentuk peringkat tertentu. Pendidikan yang di ajarkan
oleh Abdullah Nashih Ulwan disesuaikan dengan pendidikan yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Anak merupakan tanggung
jawab dari orang tua. Sebagai seorang muslim orang tua harus bersikap amanah
dalam mendidik anak. dalam mendidik anak, orang tua juga dapat menyerahkannya
kepada orang lain yang dirasa mampu mendidik anak dengan baik.
Dalam
pendidikan Abdullah Nashih Ulwan terdapat materi-materi yang di gunakan dalam
mendidik anak, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan iman,
pendidikan iman menjadi salah satu pendidikan yang harus diajarkan kepada anak,
hal ini berkaitan dengan rukun iman serta rukun Islam, aqidah dan ibadah. Hal
tersebut menjadi satu kesatuan dalam pengenalan dasar keimanan bagi anak.
b. Pendidikan moral, merupakan salah satu prinsip
yang harus dimiliki serta dijadikan sebagai kebiasaan mulai anak masih pemula
hingga anak sudah dewasa. Ketika anak sudah terbiasa tumbuh berdasarkan
keimanan maka anak akan selalu taat kepada Allah SWT serta memiliki bekal dan kemampuan di dalam menerima
setiap kemuliaan disamping berakhlak mulia.
c. Pendidikan fisik, hal ini
adalah satu hal yang harus dipenuhi oleh orang tua demi kelangsungan
pertumbuhan fisik anak yang kuat, sehat, bergairah, dan bersemangat.
Kewajiban-kewajiban tersebut berupa memberikan nafkah kepada anak,
memperhatikan pola makan dan tidur, melindungi anak dari penyakit menular,
membiasakan anak untuk berolah raga dan lain sebagainya.
d. Pendidikan rasio (akal),
dalam hal ini Abdullah Nashih Ulwan berpendaapat bahwa pendidikan rasio (akal)
terfokus menjadi tiga permasalahan yaitu: (1) kewajiban mengajar, yakni memberi
pembekalan ilmu pengetahuan dan budaya, serta memusatkan pemikiraannya secara
mendalam; (2) menumbuhkan kesadaran berfikir anak; dan (3) memelihara kesehatan
rasio anak, orang tua memperhatikan kesehatan akal anak agar pemikiran anak
ttetap jernih dan matang.
e. Pendidikan kejiwaan,
tujuan dari pendidikan ini adalah membentuk, membina, serta menyeimbangkan
kepribadian anak sehingga ketika anak sudah dewasa ia mampu bertanggung jawab
dengan tugas yang diberikan kepadanya.
f.
Pendidikan sosial, menurut Abdullah Nashih Ulwan
pendidikan ini harus diberikan anak sejak usia dini, karena dengan demikian
ketika anak sudah dewasa hidup di tengah-tengah masyarakat dapat berinteraksi sosial dengan baik, serta
memiliki tindakan yang bijaksana dan matang.
g. Pendidikan seksual,
pokok-pokok pendidikan seksual yang diberikan kepada anak yaitu: menanamkan
rasa malu; menanamkan jiwa maskulitas dan feminitas; memisahkan tempat tidur
laki-laki dan perempuan; mengenalkan waktu berkunjung; dan pendidikan
kebersihan alat kelamin.
Dalam memahami konsep Islam tentang anak, Ulwan
melihat pendidikan dalam konteks keseluruhan kehidupan insan, ia tidak melihat
dalam arti sempit. Ia tidak memandang pendidikan sekedar sebagai
perlakukan-perlakuan tertentu yang dikenakan kepada anak agar anak mencapai
tujuan yang diharapkan dalam bentuk peringkat tertentu, akan tetapi Ulwan lebih
menekankan pada keberhasilan dalam membentuk akhlaq dan aqidah
yang kuat sebagai pondasi dan benteng dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam
pandangan Ulwan, anak ditampilkan dalam kehidupan biologis, intelektual,
psikis, sosial dan seksnya. Pembimbingan kearah kesehatan berbagai segi
kehidupan anak itu merupakan tanggung jawab orang tua. Ulwan juga menempatkan
pernikahan sebagai prasyarat untuk menyelenggarakan pendidikan anak secara
Islami, hal yang lain juga ialah kasih sayang yang harus tercermin dalam
seluruh prilaku orang tua dalam hubungannya dengan anak yang sekaligus dipersepsi
oleh anak sebagai kasih sayang. Pertanggung jawaban orang tua berkenaan dengan
segi-segi kehidupan anak mengimplikasikan
bahwa dalam visi Ulwan segi-segi kehidupan tersebut.
Sebagai penutup pada tulisan ini, dan urgent
untuk diperhatikan orang tua yang bertanggungjawab
terhadap amanah yang dikaruniakan Allah SWT. Menjalankan pesan Rasulullah SAW dalam sabdanya; “Perintahlah anak-anakmu untuk mendirikan shalat ketika mereka telah
berumur tujuh tahun, dan pukullah bila enggan mendirikan shalat ketika telah
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Pada momen sumpah pemuda tahun ini, dapat kita
jadikan introspeksi diri, dan resolusi dalam mempersipakan para generasi unggul
dan berdaya saing tinggi di masanya, tanpa mengabaikan arti tujuan hidup dan
kehidupan yang sebenarnya.
Tidak ada komentar: