Tafsir QS Al-Maidah, ayat 8-11 Ibnu Katsir
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu
kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (8) Allah telah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar (9). Adapun orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka (10). Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah kalian akan nikmat Allah (yang
diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu kaum bermaksud hendak memanjangkan
tangannya kepada kalian (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan
mereka dari kalian. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah
sajalah orang-orang (11)
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
قَوَّامِينَ لِلَّهِ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah. (Al-Maidah:
8)
Yakni jadilah kalian orang-orang yang menegakkan
kebenaran karena Allah, bukan karena manusia atau karena harga diri.
شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ
menjadi saksi dengan adil. (Al-Maidah:
8)
Maksudnya menegakkan keadilan, bukan kezaliman.
وَقَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ، عَنِ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ أَنَّهُ قَالَ: نَحَلَنِي أَبِي نَحْلا فَقَالَتْ
أُمِّي عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ: لَا أَرْضَى حَتَّى تُشْهد رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَجَاءَهُ لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِي فَقَالَ:
"أُكَلَّ وَلَدِكَ نَحَلْتَ مِثْلَهُ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ:
"اتَّقُوا اللَّهَ، وَاعْدِلُوا فِي أَوْلَادِكُمْ". وَقَالَ:
"إِنِّي لَا أَشْهَدُ عَلَى جَوْر". قَالَ: فَرَجَعَ أَبِي فَرَدَّ
تِلْكَ الصَّدَقَةَ.
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain dari
An-Nu'man ibnu Basyir yang menceritakan bahwa ayahnya telah menghadiahkan
kepadanya suatu pemberian yang berharga. Ibunya bernama Amrah binti Rawwahah
berkata, "Aku tidak rela sebelum kamu mempersaksikan pemberian ini kepada
Rasulullah SAW." Ayahnya datang menghadap Rasulullah SAW. untuk meminta
kesaksian atas pemberian tersebut. Maka Rasulullah SAW. bertanya: "Apakah
semua anakmu diberi hadiah yang semisal?" Ayahku menjawab,
"Tidak." Lalu Rasulullah SAW. bersabda, "Bertakwalah kamu
kepada Allah, dan berlaku adillah kepada anak-anakmu." Dan Rasulullah
SAW. bersabda pula, "Sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas
kezaliman." An-Nu'man ibnu Basyir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu
ayahnya pulang dan mencabut kembali pemberian tersebut darinya.
Firman Allah SWT.:
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى
أَلا تَعْدِلُوا
Dan jangan sekali-kali kebencian kalian
terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. (Al-Maidah:
8)
Artinya, jangan sekali-kali kalian biarkan
perasaan benci terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk tidak berlaku adil
kepada mereka, tetapi amalkanlah keadilan terhadap setiap orang, baik terhadap
teman ataupun musuh. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. (Al-Maidah: 8)
Yakni sikap adilmu lebih dekat kepada takwa
daripada kamu meninggalkannya. Fi'il yang ada dalam ayat ini
menunjukkan keberadaan masdar yang dijadikan rujukan oleh damir-nya;
perihalnya sama dengan hal-hal yang semisal lainnya dalam Al-Qur'an dan
lain-lainnya. Sama halnya dengan pengertian yang ada di dalam firman-Nya:
وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا
هُوَ أَزْكَى لَكُمْ
Dan jika dikatakan kepada kalian.”Kembali (saja)lah"
maka hendaklah kalian kembali. Itu lebih bersih bagi kalian. (An-Nur: 28
Adapun firman Allah SWT.: Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Al-Maidah: 8) Ungkapan ini
termasuk ke dalam pemakaian af'alut tafdil di tempat yang tidak terdapat
pembandingnya sama sekali. Perihalnya sama dengan apa yang terdapat di dalam
firman Allah SWT yang lain, yaitu:
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ
مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا
Penghuni surga pada hari itu paling baik
tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Yakni seperti pengertian yang terkandung dalam
perkataan seorang wanita dari kalangan sahabat Nabi SAW. kepada Umar r.a.,
"Kamu lebih kasar dan lebih keras, jauh (bedanya) dengan Rasulullah SAW."
Kemudian Allah SWT. berfirman:
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ
بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al-Maidah: 8)
Maksudnya, Dia kelak akan membalas kalian atas
apa yang telah Dia ketahui dari amal perbuatan yang kalian kerjakan. Jika amal
itu baik, maka balasannya baik; dan jika amal itu buruk, maka balasannya akan
buruk pula. Untuk itu selaras dengan pengertian ini disebutkan dalam firman
selanjutnya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar. (Al-Maidah: 9)
Yakni ampunan bagi dosa-dosa mereka dan pahala
yang besar, yaitu surga yang merupakan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya. Surga
tidak dapat diperoleh karena amal perbuatan mereka, melainkan hanya semata-mata
sebagai ralimat dan kemurahan dari-Nya; sekalipun penyebab sampainya rahmat
tersebut kepada mereka adalah karena amal perbuatan mereka, sebab Allah SWT.
sendirilah yang menjadikan penyebab-penyebab untuk memperoleh rahmat,
kemurahan, ampunan, dan rida-Nya. Segala sesuatunya dari Allah dan milik Allah,
segala puji dan anugerah adalah milik Allah.
Kemudian Allah SWT. berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka. (Al-Maidah: 10)
Hal ini merupakan sikap adil dari Allah SWT. dan
hikmah serta kepu-tusan-Nya yang tiada kezaliman padanya, bahkan Dia Pemberi
keputusan Yang Mahaadil lagi Mahabijaksana serta Mahakuasa.
Firman Allah SWT.:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا
نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ
أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kalian
akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu
kaum bermaksud memanjangkan tangannya kepada kalian (untuk berbuat jahat),
maka Allah menahan tangan mereka dari kalian. (Al-Maidah: 11)
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرْنَا
مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، ذَكَرَهُ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ جَابِرٍ؛ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ مَنْزِلًا وتَفَرّق النَّاسُ
فِي العضَاه يَسْتَظِلُّونَ تَحْتَهَا، وَعَلَّقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِلَاحَهُ بِشَجَرَةٍ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى سَيْفِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَهُ فسلَّه، ثُمَّ
أَقْبَلَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: مَنْ
يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ قَالَ: "اللَّهُ"! قَالَ الْأَعْرَابِيُّ
مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهُ"! قَالَ: فَشَام الْأَعْرَابِيُّ
السَّيْفَ، فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْحَابَهُ
فَأَخْبَرَهُمْ خَبَرَ الْأَعْرَابِيِّ، وَهُوَ جَالِسٌ إِلَى جَنْبِهِ وَلَمْ
يُعَاقِبْهُ -وَقَالَ مَعْمَرٌ: وَكَانَ قَتَادَةُ
يَذْكُرُ نَحْوَ هَذَا، وَذَكَرَ أَنَّ قَوْمًا مِنَ الْعَرَبِ أَرَادُوا أَنْ
يَفْتِكُوا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَرْسَلُوا
هَذَا الْأَعْرَابِيَّ، وَتَأَوَّلَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا
نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ
أَيْدِيَهُمْ الْآيَةَ.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri yang menceritakannya dari Abu Salamah, dari
Jabir, bahwa Nabi SAW. turun istirahat di suatu tempat peristirahatan, dan
orang-orang (para sahabat) memencar untuk bernaung di bawah pepohonan 'udah,
lalu Nabi SAW. menggantungkan senjata (pedang)nya di sebuah pohon. Lalu
datanglah seorang Arab Badui ke tempat pedang Rasulullah SAW., kemudian ia
mengambil pedang itu dan menghunusnya. Sesudah itu ia datang kepada Nabi SAW.,
mengancamnya seraya berkata, "Siapakah yang akan melindungi dirimu
dariku?" Nabi SAW. menjawab, "Allah SWT." Orang Arab
Badui itu mengucapkan kata-kata berikut, "Siapakah yang melindungimu
dariku?" (diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali). Sedangkan Nabi SAW.
menjawabnya dengan kalimat, "Allah." Maka tangan orang Arab
Badui itu lumpuh dan pedang terjatuh dari tangannya. Kemudian Nabi SAW.
memanggil para sahabatnya dan menceritakan kepada mereka tentang orang Arab
Badui yang duduk di sebelahnya, tetapi Nabi SAW. tidak menghukumnya. Ma'mar
mengatakan bahwa Qatadah menceritakan hal yang semisal, dan ia menyebutkan
bahwa ada suatu kaum dari kalangan orang-orang Arab Badui yang bermaksud
membunuh Rasulullah SAW,, lalu mereka mengutus orang Arab Badui itu (salah
seorang dari mereka yang pemberani). Ia menakwilkan dengan pengertian tersebut
akan firman-Nya: ingatlah kalian akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada
kalian, di waktu suatu kaum bermaksud hendak memanjangkan tangannya kepada
kalian (untuk berbuat jahat). (Al-Maidah: 11), hingga akhir ayat.
Kisah orang Arab Badui yang bernama Gauras ibnul
Haris ini disebutkan di dalam kitab sahih.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman Allah SWT.: Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kalian
akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu
kaum bermaksud hendak memanjangkan tangannya kepada kalian (untuk berbuat
jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kalian. (Al-Maidah: 11);
Demikian itu karena ada suatu kaum dari kalangan orang-orang Yahudi membuat
suatu jamuan makan untuk Rasulullah SAW. dan para sahabatnya dengan maksud
hendak membunuh mereka semua. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya yang
memberitahukan perihal rencana kaum Yahudi itu. Maka Nabi SAW. tidak datang ke
jamuan makan itu dan hanya memerintahkan kepada para sahabat untuk mendatanginya.
Maka mereka datang ke jamuan makan tersebut. Demikianlah menurut riwayat Ibnu
Abu Hatim.
Abu Malik mengatakan bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Ka'b ibnul Asyraf (pemimpin Yahudi) dan teman-temannya ketika
mereka bermaksud melakukan pengkhianatan terhadap Nabi Muhammad SAW. dan para
sahabatnya; hal ini mereka rencanakan di rumah Ka'b ibnul Asyraf. Demikianlah
menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar, Mujahid, dan
Ikrimah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Nadir ketika mereka bermaksud
menimpakan batu penggilingan gandum ke tubuh Rasulullah SAW. manakala
Rasulullah SAW. datang kepada mereka meminta bantuan berkenaan dengan diat orang-orang
Amiriyin. Mereka menyerahkan tugas ini kepada Amr ibnu Jahsy ibnu Ka'b untuk
melakukannya, dan mereka memerintahkan kepadanya apabila Nabi SAW. telah
duduk di bawah tembok dan mereka berkumpul menemuinya, hendaknya Amr
menjatuhkan batu penggilingan gandum itu dari atas tembok tersebut. Maka Allah
memperlihatkan kepada Nabi SAW. makar jahat mereka itu. Akhirnya Nabi SAW.
kembali lagi ke Madinah, diikuti oleh para sahabatnya. Berkenaan dengan
peristiwa tersebut turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ
dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang
mukmin itu bertawakal. (Al-Maidah: 11)
Yaitu barang siapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan menutupi semua yang menjadi kesusahannya dan memeliharanya
dari kejahatan manusia serta melindunginya. Kemudian Rasulullah SAW.
memerintahkan agar para sahabat berangkat memerangi mereka. Akhirnya pasukan
kaum muslim mengepung mereka dan mengalahkan mereka serta mengusirnya.
Tidak ada komentar: