Tafsir QS An-Najm, ayat 42-55 Ibnu Katsir

 Tafsir QS An-Najm, ayat 42-55 Ibnu Katsir



أَفَرَأَيْتَ الَّذِي تَوَلَّى (33) وَأَعْطَى قَلِيلا وَأَكْدَى (34) أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرَى (35) أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى (36) وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى (37) أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى (39) وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (40) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى (41)

Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari Al-Qur'an)? Serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi? Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)? Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.

Allah SWT. berfirman, mencela orang-orang yang berpaling dari ketaatan terhadap-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain:

فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى. وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan .salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32)

Dan disebutkan dalam firman selanjutnya dari surat ini:

وَأَعْطَى قَلِيلا وَأَكْدَى

serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi? (An-Najm: 34)

Yakni taat sebentar, kemudian berhenti, menurut Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Ikrimah dan Sa'id mengatakan bahwa perumpamaannya sama dengan suatu kaum yang menggali sebuah sumur, dan di tengah-tengah pekerjaannya mereka menjumpai batu besar yang menghambat mereka dari menyempurnakan pekerjaannya. Lalu mereka berkata, "Kami telah lelah," kemudian mereka tinggalkan pekerjaannya.

Firman Allah SWT.:

أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرَى

Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib sehingga dia mengetahui? (An-Najm: 35)

Yakni apakah orang yang menggenggamkan tangannya dan tidak mau berinfak serta memutuskan kebajikannya mengetahui tentang yang gaib, bahwa kelak apa yang ada di tangannya bakal habis, yang karenanya dia menggenggamkan tangannya tidak mau berbuat kebajikan, maka apakah dia melihat akibat itu dengan mata kepalanya sendiri? Yakni pada kenyataannya tidaklah demikian. Sesungguhnya dia menggenggamkan tangannya dari sedekah berbuat kebajikan dan memberikan santunan (derma) serta silaturahmi hanyalah semata-mata karena kekikiran dirinya.

Untuk itulah maka disebutkan di dalam hadis bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda memerintahkan kepada Bilal r.a. yang menjadi bendaharanya:

"أَنْفِقْ بِلَالًا وَلَا تَخْشَ مِنْ ذِي الْعَرْشِ إِقْلَالًا"

Belanjakanlah, hai Bilal, janganlah kamu takut kehabisan demi karena Tuhan Yang mempunyai 'Arasy.

Dan disebutkan dalam firman Allah SWT.:

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba':39) '

Adapun firman Allah SWT.:

أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى. وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى

Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (An-Najm: 36-37)

Sa’id ibnu Jubair dan As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menyampaikan semua apa yang diperintahkan kepadanya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. selalu menunaikan apa yang diperintahkan Allah kepadanya untuk disampaikan.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menunaikan apa yang diperintahkan kepadanya.

Qatadah mengatakan, Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menunaikan ketaatannya kepada Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada makhluk-Nya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir dan pengertiannya mencakup semua yang telah disebutkan di atas. Pengertian ini diperkuat pula dengan firman Allah SWT. yang mengatakan:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” (Al-Baqarah: 124)

Maka Ibrahim mengerjakan semua perintah itu dan meninggalkan semua larangan serta menyampaikan risalah dengan lengkap dan sempurna. Oleh karenanya maka dia berhak menjadi pemimpin bagi seluruh manusia yang patut dijadikan panutan dalam semua keadaan, perbuatan, dan ucapannya. Allah SWT. telah berfirman pula:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif " dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An-Nahl: 123)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ الحِمْصي، حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى قَالَ: "أَتَدْرِي مَا وَفَّى؟ " قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "وَفَّى عَمَلَ يَوْمِهِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnuz Zubair, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yangjnenceritakan bahwa Rasulullah SAW. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (An-Najm: 37) Lalu Rasulullah SAW. bertanya. ”Tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan menyempurnakan janji?" Aku (Abu Umamah r.a.) menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah SAW. bersabda: Menunaikan pekerjaan sehari-harinya dengan mengerjakan salat empat rakaat di permulaan siang hari.

Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui Ja'far ibnuz Zubair, sedangkan Ja'far orangnya daif.

وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ فِي جَامِعِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ السّمْناني، حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِر، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ بَحِيرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدان، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَير، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ وَأَبِي ذَرٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّهُ قَالَ: "ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ، أَكفِكَ آخِرَهُ"

Imam Turmuzi mengatakan di dalam kitab Jami'-nya, telah menceritakan kepada kami Ja'far As-Samnani, telah menceritakan kepada kami Abu Misar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Yahya ibnu Sa'd, dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari Abu Darda dan Abu Zar, dari Rasulullah SAW., dari Allah SWT. yang telah berfirman: Hai anak Adam, salatlah karena Aku sebanyak empat rakaat pada permulaan siang hari (mu), niscaya Aku memberikan kecukupan kepadamu di akhir siang hari (mu).

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنَا زَبَّان بْنُ قَائِدٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ لِمَ سَمَّى اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلَهُ الَّذِي وَفَّى؟ إِنَّهُ كَانَ يقول كلما أصبح وأمسى: فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُون

Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Asad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Zaban ibnu Fayid, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya, dari Rasulullah SAW. yang telah bersabda: Maukah aku ceritakan kepada kalian mengapa Allah menamakan Ibrahim dengan sebutan 'kekasih-Nya' yang selalu menyempurna­kan janji? Sesungguhnya dia setiap pagi hari dan petang hari selalu mengucapkan, "Maka bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada di petang hari dan waktu subuh " (Ar-Rum: 17)

Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui Abu Kuraib, dari Rasyidin ibnu Sa*d, dari Zaban dengan sanad yang sama.

Kemudian Allah SWT. menjelaskan apa yang telah Dia wahyukan kepada Ibrahim dan Musa yang termaktub di dalam lembaran-lembaran masing-masingnya. Untuk itu Allah SWT. berfirman:

أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38)

Yakni tiap-tiap diri yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri karena melakukan kekufuran atau suatu dosa, maka sesungguhnya yang menanggung dosanya adalah dirinya sendiri, tiada seorang pun yang dapat menggantikannya sebagai penanggungnya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى

Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fathir: 18)

Adapun firman Allah SWT.:

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (An-Najm: 39)

Yaitu sebagaimana tidak dibebankan kepadanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak memperoleh pahala kecuali dari apa yang diupayakan oleh dirinya sendiri.

Berdasarkan ayat ini Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa bacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan termasuk amal perbuatannya dan tidak pula dari hasil upayanya. Karena itulah maka Rasulullah SAW. tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan hal ini, tidak memerintahkan mereka untuk mengerjakannya, tidak pula memberi mereka petunjuk kepadanya, baik melalui nas hadis maupun makna yang tersirat darinya. Hal ini tidak pernah pula dinukil dari seseorang dari para sahabat yang melakukannya. Seandainya hal ini (bacaan Al-Qur’an untuk mayat) merupakan hal yang baik, tentulah kita pun menggalakkannya dan berlomba melakukannya.

Pembahasan mengenai amal taqarrub itu hanya terbatas pada apa-apa yang digariskan oleh nas-nas syariat, dan tidak boleh menetapkannya dengan berbagai macam hukum analogi dan pendapat mana pun. Akan tetapi, berkenaan dengan doa dan sedekah (yang pahalanya dihadiahkan buat mayat), maka hal ini telah disepakati oleh para ulama, bahwa pahalanya dapat sampai kepada mayat, dan juga ada nas dari syariat yang menyatakannya.

Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Abu Hurairah r.a.. yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda:

"إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: مِنْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ مِنْ بَعْدِهِ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ"

Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah sesudah kepergiannya atau ilmu yang bermanfaat.

Ketiga macam amal ini pada hakikatnya dari hasil jerih payah yang bersangkutan dan merupakan buah dari kerjanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis:

"إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ"

Sesungguhnya sesuatu yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil upayanya dan sesungguhnya anaknya merupakan hasil dari upayanya.

Sedekah jariyah, seperti wakaf dan lain sebagainya yang sejenis, juga merupakan hasil upaya amal dan wakafnya. Allah SWT. telah berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُم

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yasin: 12)

Ilmu yang dia sebarkan di kalangan manusia, lalu diikuti oleh mereka sepeninggalnya, hal ini pun termasuk dari jerih payah dan amalnya. Di dalam kitab sahih disebutkan:

"مَنْ دَعَا إِلَى هَدْيٍ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنِ اتَّبَعَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا".

Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi-pahala mereka barang sedikit pun.

Firman Allah SWT.:

وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى

Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (An-Najm: 40)

Yakni kelak di hari kiamat, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُون

Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(At-Taubah: 105)

Yaitu kelak Dia akan memberitahukan kepada kalian amal perbuatan kalian dan membalaskannya terhadap kalian dengan pembalasan yang sempurna. Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, balasannya buruk. Demikian pula yang disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:

ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى

Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (An-Najm: 41)

Maksudnya, balasan yang penuh.

 


Tafsir QS An-Najm, ayat 42-55 Ibnu Katsir Tafsir QS An-Najm, ayat 42-55 Ibnu Katsir Reviewed by sangpencerah on Oktober 30, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: