MANIFESTASI SURAT AN NASHR DAN KEPAHLAWANAN

 MANIFESTASI SURAT AN NASHR DAN KEPAHLAWANAN
Ust. Muchlisin
Pegiat Dakwah Islam Indonesia

 


Bulan November sangat identik dengan bulan kepahlawanan/pejuang kebaikan baik dalam kontek agama Islam maupun kenegaraan. Sehubungan dengan hal ini, cukup banyak jasa para pahlawan di negeri ini, yang sebagian namanya di kenang dan sebagian tidak mendapat perhatian, sehingga keberadaannya tidak jelas. Keberhasilan para pejuang itu  tidak lepas dari isi dan makna kandungan surat an-Nashr.

teks Surat An Nashr 1-3 sbb;

 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ . وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا


Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

 

Kronologi turunnya

Surat An Nashr urutan surat ke-110 dari 114 surat dalam alqur’an. Surat ini terdiri dari tiga ayat dan merupakan Surat Madaniyah, meskipun turunnya di Makkah, Sebab penggolongan surat Makkiyah dan Madaniyah bukanlah berdasarkan tempat turunnya tetapi berdasarkan waktu turunnya. Yaitu Surat yang turun sebelum hijrah merupakan surat Makkiyah. Sementara surat yang turun sesudah hijrah merupakan Surat Madaniyah. Karena itulah surat ini sering disebut surat yang memiliki 2 tempat turunnya, dan surat ini membicarakan tentang pertolongan Allah SWT.

Nama lain surat ini adalah Idza jaa’a nashrullaahi wal fath, dan nama lainnya surat At Taudi’ (perpisahan) karena adanya indikasi dekatnya ajal Rasulullah SAW. Dan surat ini termasuk yang terakhir Allah SWT turunkan kepada Rasulullah SAW yakni setelah surat At Taubah.

 

Keterangan Mufassir

Misalnya Ibnu Katsir, Allah SWT menurunkannya di Mina saat Haji Wada’. berpendapat lain surat ini turun sebelum Fathul Makkah.Jadi kronologi Surat An Nashr ini terkait dengan dua hal:

Pertama, mengabarkan kemenangan dan masuknya orang-orang Arab ke Islam secara berbondong-bondong.

Kedua, mengindikasikan telah dekatnya ajal Rasulullah SAW.

Ibnu Umar ra menjelaskan bahwa surat ini turun dipertengahan hari-hari tasyrik. “Maka aku mengetahui bahwa hal ini merupakan alwada’ (perpisahan),”

Ibnu Abbas ra menjelaskan bahwa setelah Allah SWT menurunkan surat ini, Rasulullah SAW memanggil Fatimah ra. Fatimah menangis saat Rasulullah SAW mengabarkan bahwa ajalnya telah dekat. Lalu Fatimah ra tersenyum karena Rasulullah SAW bersabda:


لاَ تَبْكِى ، فَإِنَّكِ أَوَّلُ أَهْلِى لاَحِقٌ بِى


“Jangan menangis, karena sesungguhnya engkau adalah keluargaku yang paling awal menyusulku.” (HR. Ad Darimi dan Thabrani; hasan)

 

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Umar bin Khattab ra menyertakan beliau dalam majelis para pahlawan perang Badar. Sebagian pahlawan Badar keberatan Ibnu Abbas ra masuk dalam majelis tersebut.

Lalu Umar minta pendapat “Apa pendapat kalian mengenai firman Allah idza ja’a nashrullahi wal fath?”

“Allah memerintahkan kita untuk bertahmid dan beristighfar kepada-Nya jika Dia menolong dan memberi kemenangan,” salah seorang dari mereka bersaut, Yang lain diam, tidak ada jawaban berbeda.

“Apakah demikian pendapatmu wahai Ibnu Abbas?”

“Tidak wahai Amirul Mukminin. Idza ja’a nashrullahi wal fath merupakan indikasi dekatnya ajal Rasulullah SAW yang Allah Ta’ala beritahukan kepada beliau.

“Aku tidak mengetahui tafsir surat An Nashr ini kecuali apa yang kamu katakan,” pungkas Umar. Karena itu maka datangnya kemenangan dan fathu Makkah merupakan tanda ajal beliau.”

 

Menelisik Surat An Nashr

Dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir, dan Tafsir Al Misbah. Kami berusaha mensarikan dari lima tafsir tersebut agar terhimpun banyak manfaat dan kaya akan khazanah pengetahuan keislaman.

Teks Ayat 1


إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ


Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan

al-imam Ibnu Katsir menjelaskan, ulama sepakat bahwa al fath  dalam ayat ini maksudnya pembebasan kota Makkah (fathu Makkah). Pada waktu itu, suku-suku bangsa Arab menunda masuk Islam karena menunggu pembebasan kota Makkah. Mereka meyakini, jika Muhammad bisa kembali ke Makkah dan mengalahkan kaumnya, maka ia benar-benar seorang Nabi utusan Allah SWT.

Sementara Sayyid Qutub menperkuat bahwa surat ini turun sebelum Fathu Makkah. Karena mengisyaratkan kemenangan yang akan terjadi.

Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, ia mengkompromikan dzahiriyah nash dengan hadits Ummu Salamah. Bahwa ayat ini turun mengabarkan berita gembira pembebasan kota Makkah. Rasulullah SAW tahu bahwa beliau SAW akan wafat sehingga memanggil Fatimah ra untuk memberitahukan dekatnya ajal beliau SAW.

Inilah bukti kebenaran Al Qur’an yaitu kota Makkah benar-benar dibebaskan.

dan ayat ini menunjukkan bahwa pertologan Allah SAW dan kemenangan ini menjadi kenyataan. Padahal  manusia juga Rasulullah SAW dan para sahabat tidak dapat menentukan hasil perjuangan mereka. Subhanallah

Ayat 2


وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا


dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong

Kata ra-aita bisa berarti melihat dengan mata kepala dan bisa juga bermakna mengetahui. Dan Rasulullah SAW memang melihat secara langsung penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam dan beliau mendapatkan berita itu, bahwa penduduk jazirah Arab juga akan berbondong-bondong masuk Islam.

Setelah Fathu Makkah, penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Sebagiannya langsung di hadapan Rasulullah SAW. Orang-orang Arab di luar Makkah dan Madinah juga berbondong-bondong masuk Islam. Selama ini mereka menunggu apakah Rasulullah SAW bisa membebaskan kota Makkah setelah sekian lama ‘meninggalkan’ dari tanah kelahiran yang di dalamnya ada Baitullah sebagai kiblat kaum muslimin sampai saat ini bahkan sampai akhir zaman.

Ayat 3


فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا


maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Diksi sabbih yang artinya berenang. Yakni seorang yang menjauh dari posisinya. Sehingga maknanya, menjauhkan Allah SWT dari segala kekurangan, lalu Mensucikan Allah SWT dari segala kekurangan kelemahan.

Sedangkan diksi tawwaba maknanya adalah kembali. Yakni kembalinya seseorang ke posisinya semula. Taubat adalah kembalinya seorang hamba ke posisinya di hadapan Allah SWT. Artinya jika pelaku tawwab adalah Allah SWT, maka Dia menerima taubat hamba-Nya yang bersungguh-sungguh taubatnya.

Hal Inilah yang disebut taujih Rabbani saat datang pertolongan Allah SWT dan kemenangan dari-Nya. Rasulullah SAW diperintahkan untuk bertasbih, bertahmid dan beristighfar. Orang-orang beriman tidak boleh sombong dan euforia atas setiap kemenangan apapun dalam kehidupan di dunia ini. Justru harus sarana untuk menyadari akan kemenangan yang datangnya dari Allah SWT. dan harus ditindaklanjuti  dengan mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memohon ampunan.

Penjelasan Sayyid Qutub, bertasbih dan bertahmid atas karunia Allah SWT yang telah menjadikan mereka sebagai pemegang amanat untuk melaksanakan dakwah-Nya dan menjaga agama-Nya. Beristighfar dari rasa bangga dan sombong yang kadang-kadang menyelinap ke dalam jiwa saat kemenangan tiba. Dan  beristighfar atas perasaan dan sikap yang boleh jadi menyertai saat perjuangan panjang dan sekian lama menantikan datangnya kemenangan sejati.

Ibnu Katsir menjelaskan, Rasulullah SAW tidak hanya bertasbih dan beristighfar. Bahkan pada hari fathu Makkah, beliau mengerjakan shalat delapan rakaat. Sebagian ulama berpendapat, disunnahkan mencontoh Rasulullah SAW mengerjakan shalat delapan rakaat ketika mendapatkan kemenangan atas suatu negeri. Shalat itu disebut juga shalat al fath. Sa’ad bin Abi Waqash ketika menaklukkan kota-kota di Persia juga melakukan shalat itu.

Karena itu Rasulullah SAW mensyukuri nikmat pengampunan Allah SWT ini dengan pengampunan kepada seluruh penduduk Makkah. Beliau memaafkan mereka meskipun dulunya menyakitnya. Saat sebagian sahabat berseru “haadza yaumul malhamah” (ini adalah hari pertempuran pembalasan), Rasulullah SAW justru menegur dengan bersabda “haadza yaumul marhamah” (ini adalah hari kasih sayang).

Saat penduduk Makkah ketakutan akan dibalas oleh Rasulullah SAW, ternyata beliau mema’afkan mereka semua. “Siapa yang masuk Masjidil Haram, maka ia aman. Siapa yang masuk rumahnya masing-masing, maka ia aman. Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, ia juga aman dari gangguan yang dikhawatirkan.”

 

Khatimah

Surat An Nashr membawa kabar gembira bagi kaum muslimin, arahan, petunjuk dan isyarat serta pelajaran masa depan. Kabar gembiranya bahwa Allah SWT akan menolong Rasulullah SAW dan mengganugrahkan kemenangan. Orang-orang pun akan berbondong-bondong masuk Islam setelah mencapai kemenangan.

Arahan ini maksudnya, ketika datang pertolongan Allah SWT dan kemenangan tersebut, hendaklah Rasulullah SAW menghadapkan dirinya kepada Allah SWT dengan membaca kalimat tasbih, tahmid dan istighfar.

Hal ini masih belum banyak diketahui, surat ini juga memberikan petunjuk akan kebenaran janji Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang ingin berubah dalam kehidupan, serta isyarat akan tibanya ajal Rasulullah SAW, Beliau akan wafat, sehingga sahabat yang tahu seperti Abu Bakar ra dan Fatimah ea menangis karenanya. Peristiwa ini seharusnya dapat kita jadikan pelajaran untuk konsisten dan selalu berjuang dalam hidupnya sesuai potensi yang dimilikinya, dan jangan sampai dalam hidup ini tidak punya nilai-nilai perjuangan.

Sekian sedikit pencerahan dari Surat An Nashr ini, Semoga semakin menguatkan harapan kita mendapatkan pertolongan Allah SWT. Wallahu a’lam bish shawab.



MANIFESTASI SURAT AN NASHR DAN KEPAHLAWANAN MANIFESTASI SURAT AN NASHR DAN KEPAHLAWANAN Reviewed by sangpencerah on November 07, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: